KONTEKS.CO.ID – Nama panggungnya Ratmi B29. Sosoknya selalu mengundang tawa pada setiap lakon film yang ia mainkan. Kendati film itu belum tentu bergenre komedi, namun peran yang ia mainkan di era 1970-an selalu kocak menghibur dan mewakili rakyat jelata.
Meskipun tidak selalu memerankan tokoh utama, Ratmi B29 selalu menjadi bintang dalam setiap film yang ia ada di dalamnya. Hampir tidak ada nama beken film di era itu yang tidak pernah satu frame dengannya. Sebut saja Benyamin Sueb, Ida Royani, Conny Sutedja, dan nama beken lainnya.
Tak terbantahkan, Ratmi B29 adalah pelopor perempuan komedian perempuan Indonesia yang menjelma menjadi legenda seniman komedi. Bahkan Majalah Selecta edisi 1969 menyebut “mungkin cuma Ratmi satu-satunya wanita yang terjun di bidang lawak”.
Anak Tentara KNIL
Perempuan ini bernama asli Suratmi. Ia lahir di Bandung pada 16 Januari 1932 dari pasangan Salimin Dan Sainem. Ayahnya adalah anggota KNIL berpangkat Sersan Satu.
Saat pendudukan Jepang, ayahnya ditawan oleh Jepang. Masa kecilnya dijalani bersama ibunya karena ayahnya meninggal dunia setelah tiga bulan ditawan oleh tentara Jepang.
Ratmi yang sekolah hanya sampai kelas 3 HIS (SD zaman Belanda) kemudian ikut pamannya yang bekerja di pabrik senjata di Kiaracondong, Bandung.
Sejak kecil Ratmi tertarik pada dunia seni, terutama bernyanyi. Suaranya yang cukup bagus membuat sang paman menyuruhnya belajar menyanyi di orkes keroncong pabrik Kiaracondong.
Sebelumnya di zaman Jepang Ratmi juga sudah ikut kelompok wayang orang Sri Surya. Dari bermusik, Ratmi kemudian menjajal dunia akting. Ia mengasah bakat aktingnya di grup sandiwara keliling Bintang Timur Surabaya yang memerankan peran-peran kocak.
Berjuang Melawan Penjajah
Jauh sebelum terjun ke industri hiburan tanah air, Ratmi adalah seorang pejuang. Ia seorang prajurit tempur berpangkat Sersan Dua (Serda).
Ratmi tergabung dalam Laskar Wanita Indonesia (Laswi) pimpinan Sumarti Subiati, tepatnya di Batalyon D Brigade 16 Citarum, Jawa Barat.
Laswi bukanlah laskar tempur sembarangan. Para anggota Laswi yang terdiri dari para mojang Bandung ini terkenal sangat militan dan pemberani dalam pertempuran melawan tentara Belanda maupun Sekutu.
Salah seorang anggota Laswi yang paling fenomenal adalah Susilawati. Ia pernah mendatangi markas Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Abdul Haris Nasution. Di depan Nasution, Susilawati melemparkan bungkusan berisi kepala tentara Gurkha yang masih segar ke meja sang panglima.
Selain bergabung dengan Laswi, Ratmi B29 juga pernah masuk Pasukan Srikandi dan ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Ratmi juga ikut dalam barisan pasukan Siliwangi yang hijrah ke Jawa Tengah pada tahun 1948.
Kemampuan Ratmi menghibur para laskar di tengah suasana perang mulai terasah. Dia kerap menghibur para tentara, salah satunya saat di Demangsari, Jawa timur, pada 1949.
Ada satu cerita menarik, saat lagi sibuk-sibuknya menghibur para pejuang, tentara Belanda tiba-tiba datang menyerbu. Serangan ini menyebabkan Ratmi harus bersembunyi di dalam kolam berair.
Tetapi Ratmi juga pernah bertindak nekat merampas barang prajurit Belanda untuk para pejuang yang bersembunyi di dalam hutan. Barangnya tidak hanya sandang dan pangan, tetapi juga pomade, sabun, sisir, dan keperluan bersolek lainnya.
Kiprah Ratmi dalam perjuangan Revolusi Indonesia membuatnya menerima berbagai tanda kehormatan dari negara. Sederet tanda kehormatan tersemat di dadanya, Seperti Bintang gerilya, Bintang Kemerdekaan 1, Bintang Kemerdekaan 2, dan Bintang Gerakan Operasi Militer 1 dan 5.
Berawal dari Celetukan
Lalu dari mana asalnya nama B29? Ternyata, nama panggung Ratmi B29 berawal dari celetukan Komodor Raden Atje Wiriadinata, salah satu pendiri Paskhas (kini Kopasgat), pasukan khusus AURI.
Ceritanya, pada tahun 1960-an Ratmi kerap menghibur keluarga besar AURI di Bandung. Sang Komodor yang melihat tubuh bongsor Ratmi pun nyeletuk, “Ini dia bomber kita”.
Di kalangan AURI, istilah bomber mengacu pada pesawat pembom B29. Pesawat berbadan besar produksi Boeing yang sangat tersohor dan pada Perang Dunia (PD) II.
Popularitas B29 Superfortress ini tak lepas dari aksi pesawat ini menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Aksi B29 Superfortress membuatnya tersohor sebagai pesawat bomber paling kejam sekaligus menandai berakhirnya PD II di kawasan Asia Pasifik akibat kekalahan Jepang.
Sejak celetukan Komodor Wiriadinata, nama Ratni B29 pun tersohor seperti pesawat tempur buatan AS tersebut.
Kembali ke Hiburan
Setelah perang kemerdekaan, pada 1949 Ratmi keluar dari dinas militer. Ia sempat menyambung hidup sebagai pekerja honorer di Radio Republik Indonesia (RRI) dan menjadi biduan dalam Orkes Studio Bandung.
Pada pertengahan 1950-an Ratmi menjajal peruntungan di Jakarta. Ia bergabung dengan grup Wayang Orang Tri Tunggal di Kebon Kelapa. Pemimpin kelompok ini adalah Idris Indra yang menjadi suami pertamanya.
Tugasnya di sana sebagai penari dan pesinden. Sesekali agar memeriahkan suasana Ratmi juga ikut melawak.
Pada 1959 Ratmi bercerai dengan Idris Indra. Dia kemudian pindah lagi ke Bandung dan kembali bergabung dengan grup wayang orang.
Ratmi mulai memasuki dunia film sebagai figuran di dua film komedi yakni Si Jimat (1960) dan Kuntilanak (1961). Setelah itu produksi perfilman Indonesia sedang turun karena situasi politik yang memanas, dan itu berimbas terhadap karier Ratmi.
Moncer di Film
Setelah ibunya meninggal, Ratmi kembali merantau dan menetap di Jakarta. Jalannya di dunia komedi terbuka berkat Bing Slamet, seniman lawak yang juga menjadi mentor dari Benjamin Sueb. Namanya kemudian makin terkenal setelah film Indonesia bangkit di era tahun 1970-an.
Ratmi ikut bermain dalam banyak film. Ia kerap muncul dalam film-film komedi era 1970-an dan bermain bersama Benyamin S, Bing Slamet, S Bagio, dan Tan Ceng Bok.
Bersama Benyamin, Ratmi bermain dalam film Ratu Amplop tahun 1974. Dalam film tersebut, Ratmi yang dianggap jauh dari ukuran cantik sukses menggelitik tawa penonton lewat keahlian lawakannya. Memiliki tubuh subur, Ratmi mampu memerankan lakon perempuan dengan tampilan ndeso tapi pede untuk meraih gelar Ratu.
Hingga tahun 1976, ia membintangi tak kurang 20 judul film. Beberapa di antaranya adalah Bing Slamet Dukun Palsu (1973), Paul Sontoloyo (1974).
Lalu “Raja Jin Penjaga Pintu Kereta” (1974), “Si Bagong Mujur” (1974) dan “3 Jenggo” (1976). Total semasa hidupnya ada sekitar 32 film yang ia bintangi.
Ratmi juga memiliki grup lawak bersama Letnan Satu (Lettu) Saparbe Notowidagdo atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Bendot. Pak Bendot pensiun dari TNI tahun 1971.
Ratmi mengajak Pak Bendot dan Letnan Polisi Slamet Harto (pemeran tokoh Gareng di acara Ria Jenaka) mendirikan grup lawak.
Tarif manggung mereka sangat fleksibel tergantung siapa penyelenggaranya. Mereka pernah dibayar Rp50.000. Tetapi jika penyelenggaranya bank atau departemen pemerintahan, mereka berani meminta Rp500.000. Namun grup lawak Ratmi dan Pak Bendot ini bubar.
Jadi Bintang Iklan
Selain di film, Ratmi juga kerap tampil dalam iklan di televisi. Bersama Bing Slamet, dia membintangi iklan obat batuk Laserin. Sementara bersama S Bagio ia tampil dalam iklan Enkasari.
Redmi bahkan menjadi brand ambassador dari sabun colek yang mereknya sama dengan namanya, B29. Ratmi sendiri yang membintangi kklan sabun colek produksi PT Sinar Ancol tersebut.
Produk sabun B29 ini kemudian sukses di pasaran. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara di benua Afrika. Hebatnya, sabun B29 bahkan menjadi produk sabun Indonesia pertama yang diekspor ke benua tersebut.
Pada 31 Desember 1977, sehari sebelum pergantian tahun, Ratmi B29 meninggal dunia ketika sedang menyelesaikan film “Direktris Muda”. Ia meninggal dalam usia 45 tahun di Makassar, Sulawesi Selatan. Ratmi meninggal karena serangan jantung.
Menurut salah seorang rekannya, Ratmi B29 hendak naik pesawat menuju Surabaya untuk merayakan tahun baru di sana. Namun ia kemudian jatuh pingsan tak jauh dari tangga pesawat. Dalam dekapan sang suami, Didi Sugandi, Ratmi menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Jenazah Ratmi kemudian dibawa ke Jakarta. Sesampainya di bandara Jakarta, peti jenazah berselubung bendera merah putih sudah menunggu Ratmi untuk mengantarkannya ke peristirahatan terakhir.
Ratmi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara militer kenegaraan. Penguburan jenazah Ratmi diiringi barisan tentara dan tembakan salvo.
Veteran perang yang menghibur rakyat Indonesia itu pergi meninggalkan karya dan jejak perjuangan yang tercatat dalam tinta sejarah.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"