KONTEKS.CO.ID – Masa tenang pemilu diwarnai dengan kemunculan film “Dirty Vote” yang membahas tentang kecurangan selama pemilu 2024.
Film ini menampilkan data kecurangan pemilu dengan pemaparan dari tiga pakar hukum Indonesia, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin.
Selain tiga pakar hukum itu, nama Dandhy Laksono selaku sutradara film tersebut juga menjadi sorotan.
Lalu siapa Dandhy Laksono? Berikut profil lengkap dan jejak perjalanan karirnya
Profil Dandhy Laksono
Dandhy Dwi Laksono merupakan seorang jurnalis yang terkenal dengan karya-karyanya yang kontroversial.
Sejak usia muda, Dandhy telah menyatakan keinginannya untuk menciptakan karya-karya berkualitas dan kritis.
Idealisme ini membawa dirinya dan bahkan keluarganya tidak lepas dari ancaman dan intimidasi dari pihak yang merasa dirugikan akibat liputannya.
Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini berhasil meraih sarjana di bidang hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran.
Selain itu sutradara Sexy Killers ini juga mengikuti pelatihan informal di program magang Broadcast Journalist Covering Conflict di Ohio University, Amerika Serikat, pada tahun 2007.
Lalu pada tahun 2008, Dandhy juga mengikuti kursus pascasarjana di British Council Broadcasting Program di London, Inggris.
Dandhy memulai karirnya sebagai jurnalis pada akhir era 1990-an di mana saat itu kebebasam berekspresi masih terbatas.
Meskipun di tengah era reformasi, ia tetap mempertahankan idealismenya sebagai seorang jurnalis. Namun lagi-lagi idealismenya ini menyebabkan ia dipecat dari perusahaan media tempatnya bekerja.
Selama 14 tahun berkarir di dunia jurnalistik, Dandhy telah menjajaki hampir semua jenis media, mulai dari cetak, televisi, hingga online.
Namun, akhirnya ia memutuskan untuk fokus pada pembuatan film dokumenter. Pada tahun 2008, ia mendapatkan pengakuan sebagai jurnalis terbaik oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) atas laporan investigatifnya tentang Munir.
Pada tahun 2008, Dandhy metuskan untuk mendirikan rumah produksi Watchdog yang menghasilkan berbagai karya dokumenter.
Karya tesebut seperti “Di Balik Tembok Arsip Nasional” (2008), “Baret Coklat” (2010), hingga karya kontroversialnya, “Alkinemokiye” (2012).
Lalu pada tahun 2009 Bersama dengan rekannya Andy Panca Kurniawan, dia juga mendirikan Watchdog Indonesia. Watchdog Indonesia merupakan rumah produksi yang memproduksi film dokumenter.
Sebelum film “Dirty Vote”, Watchdog telah merilis film kontroversial lain yang bertajuk “Sexy Killers”. Film ini membahas tentang oligarki yang menggerogoti sistem demokrasi di Indonesia.
Sebagai sutradara “Dirty Vote”, Dandhy menegaskan bahwa tujuan film ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di masa tenang pemilu.
Ia mengajak setiap individu untuk menonton film ini sebagai bentuk partisipasi sebagai warga negara yang peduli terhadap proses demokrasi.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"