KONTEKS.CO.ID – Chandrika Chika mengaku mengonsumsi vaping minyak ganja atau vaping liquid ganja atau minyak tetrahydrocannabinol (THC) selama setahun terakhir.
Menurut polisi, cairan rokok elektronik, atau liquid vape yang mengandung zat narkoba jenis ganja daya rusaknya lebih tinggi dari pada ganja alami biasa.
“Jangan mencoba atau memakai zat tersebut, karena daya rusaknya jauh lebih tinggi dari pada ganja alami biasa,” kata Kabag Humas Badan Narkotika Nasional Kombes Pol. Sulistiandri.
Kini, beredar luas jaringan pedagang cairan rokok elektronik, atau liquid vape yang mengandung zat narkoba jenis ganja.
Para pengedar narkoba menjajakan cairan rokok elektronik yang sebelumnya dia racik dengan ganja.
Dia menjualnya melalui internet dan mengemasnya dengan aneka rasa sesuai selera pembeli.
Harga juga beragam dari Rp500 ribu hingga Rp600 ribu perbotol.
Sementara sasaran pembeli adalah anak yang terbiasa memakai liquid vape.
Vaping Liquid Ganja/THC
Vaping minyak ganja ini terkenal dengan vaping minyak tetrahydrocannabinol (THC).
Penggunaannya melalui proses pemanasan minyak kemudian pengguna menghirup dengan alat vape atau rokok elektrik.
THC adalah senyawa dari psikoaktif utama yang dalam ganja dan zat lainnya yang membuat seseorang menjadi nge-fly.
Pemakai narkoba menggunakan liquid dalam kandungan vape karena dapat memberikan perasaan euforia dan mempengaruhi rasa sakit, suasana hati, serta perasaan lainnya
Cara Kerja THC
Kandungan THC di dalam liquid ganja ini akan mempengaruhi reseptor cannabinoid di otak, yang dapat menimbulkan reaksi berbeda-beda pada tiap orang.
Umumnya seseorang menggunakan ganja, termasuk penggunaan vaping liquid ganja dengan kandungan THC untuk mengatasi kecemasan, insomnia, nyeri kronis, dan depresi.
FDA telah mengatur penggunaan THC khusus untuk kondisi medis tertentu, seperti kanker, AIDS, dan epilepsi.
Penggunaan THC ini juga terpilih dari tanaman ganja murni yang diolah.
Bahaya Vaping Liquid Ganja atau THC
Para ahli telah menyebutkan berbagai bahaya dari menggunakan vaping liquid ganja dengan kandungan THC.
Mengandung vitamin E asetat sangat berbahaya bagi paru-paru.
Sekali menghirup asap ini dapat bepengaruh secara signifikan pada paru-paru.
Penggunaan ganja memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang.
Efek jangka pendek dari penggunaan ganja adalah masalah koordinasi, meningkatnya kecemasan, muncul masalah pada memori, indra yang terdistorsi, paranoid, gangguan tidur, dan peningkatan denyut jantung.
Sedangkan untuk efek jangka panjang yang diberikan oleh ganja adalah peningkatan risiko kecanduan, risiko batuk kronis, risiko skizofrenia.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"