KONTEKS.CO.ID – Sekte Morning Star atau JMS lagi viral setelah muncul di serial In the Name of God: A Holy Betrayal di Netflix.
JMS disebut sebagai salah satu sekte sesat di serial yang menuai kontroversi itu.
Sekte adalah sebuah gerakan yang mengajak para pengikutnya untuk menganut keyakinan tertentu yang identik dengan praktik kesesatan.
Bahkan, seringkali sekte menjadi alat untuk menutupi kedok sebuah kejahatan.
Seperti salah satu sekte sesat Korea Selatan, Jesus Morning Star atau banyak juga yang menyebut dengan JMS yang diketahui menyampaikan ajaran menyimpang dari ajaran Kristen.
JMS dikenal sebagai Misi Injil Kristen sebelum diketahui publik sebagai aliran sesat. Jeong Myeong-seok mendirikan sendiri sekte ini pada tahun 1980.
Meskipun namanya Jesus Morning Star atau Gereja Bintang Kejora Yesus, aliran ini terkenal juga dalam beberapa sebutan seperti Providence, Gereja Bintang Kejora, Gereja Bulan Terang dan Setsuri.
Pada awalnya JMS adalah bagian dari gereja unifikasi hingga kemudian Myeong-seok memutuskan untuk mendirikan kelompok agama tersendiri dengan berafiliasi gereja metodis.
Ajaran-ajaran agama yang Myeong-seok sampaikan tidak sesuai dengan Gereja Metodis sehingga pihak gereja mengeluarkan JMS pada tahun 1980-an.
Inti dari ajaran yang Jeong Myeong-seok berikan adalah menyebut beliau sendiri sebagai Mesias atau sosok Tuhan dan dapat melihat masa depan.
Jeong Myeong-seok menargetkan mahasiswa dari perguruan tinggi dan anak muda di Korea Selatan sebagai pengikutnya.
Sekte ini sangat populer di kalangan anak muda. Myeong-seok melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian para remaja hingga dewasa muda seperti menyelenggarakan acara hiburan dan olahraga.
Myeong-seok memperkenalkan JMS sebagai aliran agama yang tidak konservatif dan tidak ketat dalam aturan cara berpakaian dan perilaku seperti ajaran-ajaran gereja lainnya.
Namun, kenyataannya JMS hanya kedok untuk menutupi niat-niat jahat sang pendiri.
Setelah menyampaikan ceramah, sang tokoh acapkali mengundang para pengikut yang kebanyakan perempuan muda untuk ikut dalam rangkaian doa pribadi.
Namun, ‘doa pribadi’ ini adalah modus kejahatan yang Myeong-seok lancarkan sebagai manipulasi seksual dengan dalih penghapusan dosa.
Pada para perempuan muda tersebut, Myeong-seok mengatakan bahwa Tuhan memilihnya untuk membantu para pengikutnya membersihkan dosa dengan cara tindakan seksual.
Ia kemudian menyebut perempuan-perempuan muda itu sebagai pengantin Tuhan.
Meskipun pendiri sekte JMS telah menerima hukuman atas tindakannya yang di luar nalar.
Aliran ini kembali mendapat sorotan publik karena ada yang mengangkatnya ke dalam film dokumenter Netflix.
Film tersebut berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal dengan sutradara kawakan asal Korea Selatan, Jo Seong-hyeon.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"