KONTEKS.CO.ID – Saham SM Entertainment, agensi terbesar di Korea Selatan yang mengelola berbagai idol grup K-Pop ternama, mengalami penurunan tajam setelah seruan boikot dari penggemar K-Pop terhadap kolaborasi NCT dengan Starbucks.
Aksi boikot kepada SM Entertainment ini terpicu oleh kecaman atas kebijakan Israel di Rafah sebagai genosida.
Pada Kamis, 30 Mei 2024, saham SM Entertainment (KOSDAQ: 041510) terus merah, mencerminkan dampak besar dari boikot penggemar NCT, yang terkenal dengan sebutan NCTzen.
Serta masyarakat global yang menentang pembelian produk dari merek yang terafiliasi dengan Israel, termasuk Starbucks.
Kolaborasi antara NCT dan Starbucks, yang diumumkan melalui akun Instagram @starbucksKorea, memicu reaksi negatif dari penggemar K-Pop di Indonesia, pasar terbesar bagi idol grup Korea, termasuk NCT.
Saham Terdampak
Seruan boikot dengan tagar #SM_BOYCOTT_GENOCIDE menjadi sorotan utama, dengan harapan agar agensi dan idolanya tidak terlibat dalam aktivitas yang terkait dengan Israel.
Penurunan saham SM Entertainment dari KRW 91.200 menjadi KRW 87.600 pada Rabu 29 Mei 2024 menunjukkan dampak langsung dari sentimen negatif yang timbul oleh kolaborasi tersebut.
Meskipun sempat mengalami sedikit kenaikan di tengah hari, nilai saham tetap merosot hingga penutupan perdagangan pada Kamis 30 Mei 2024.
Pada Jumat pagi 31 Mei 2024, meskipun saham awalnya naik ke KRW 90.100, namun tren positif tidak berlangsung lama, dengan saham kembali turun menjadi KRW 88.700 atau turun 1,66 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa seruan boikot masih memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai saham perusahaan.
Para penggemar NCT, atau Sinjeuni, mengekspresikan rasa kecewa mereka terhadap idolanya terlibat dalam kolaborasi yang dinilai mendukung Israel.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa kolaborasi tersebut merupakan bagian dari program kerja sama antara SM Entertainment dan Starbucks, dan belum tentu melibatkan keputusan dari NCT sendiri.
Sebagai respons, penggemar berharap agar agensi dan idolanya dapat lebih berhati-hati dalam memilih proyek kolaborasi di masa depan, serta lebih peka terhadap isu-isu global seperti konflik di Palestina.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"