KONTEKS.CO.ID – Polisi bergerak menyelidiki tewasnya seorang bocah sekolah dasar (SD) berinisial MDH (9) yang tewas diduga akibat dianiaya temannya di sekolah.
Satreskrim Polres Sukabumi Kota langsung melakukan pendalaman kasus tewasnya bocah SD di di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu.
Polisi telah memeriksa sejumlah saksi dalam kasus dugaan penganiayaan bocah SD di Sukabumi oleh temannya itu hingga tewas.
“Kami sudah meminta keterangan dari enam saksi yang berasal dari pihak keluarga korban dan sekolah, terkait kasus penganiayaan hingga tewas seorang pelajar SD di salah satu SD di Kecamatan Sukaraja,” kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota AKP Yanto Sudiarto menukil Antara, dikutip Senin 22 Mei 2023.
Berdasarkan informasi, dugaan penganiayaan terhadap korban ini terjadi pada 15 dan 16 Mei 2023.
MDH yang masih duduk di kelas 2 SD dianiaya oleh kakak kelasnya dan teman seangkatannya.
Aksi penganiayaan yang dilakukan secara dua hari berturut-turut itu dilakukan di dua tempat berbeda yakni pada Senin, 15 Mei 2023 korban dianiaya di sekitar lingkungan sekolah.
Kemudian, hari keduanya atau pada Selasa, 16 Mei 2023 korban mendapatkan dianiaya di belakang sekolah atau dekat kamar mandi.
Akibat penganiayaan itu, korban mengeluh dada dan punggungnya merasa sakit dan sesak napas.
Awalnya MDH tidak mengaku bahwa sakit yang dialaminya itu akibat penganiayaan.
Namun akhirnya baru mau mengaku setelah dibujuk oleh dokter rumah sakit yang menanganinya dan mengaku bahwa ia telah dianiaya oleh kakak kelas dan teman seangkatannya yang berjumlah empat orang.
Karena kondisi kesehatan korban terus menurun akhirnya keluarga korban membawa MDH ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Namun di hari ke empat perawatan atau pada Sabtu 20 Mei 2023 korban muntah darah dan akhirnya meninggal dunia.
Yanto mengatakan, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi terkait dugaan penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia itu, pada Minggu 21 Mei 2023.
Awalnya kasus ini tidak dilaporkan oleh keluarga korban dan orang tuanya pun menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jasad MDH.
Namun demikian, pihaknya akan tetap menangani kasus ini dengan melakukan berbagai pengembangan untuk mengungkap pelaku dan motifnya.
Jajarannya hingga saat ini masih mengumpulkan keterangan dan mencari saksi maupun bukti pendukung sekaligus meminta hasil visum dari rumah sakit untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut.
“Untuk hasil visum kami masih menunggu dari rumah sakit. Kami tetap berkomitmen untuk mengungkap kasus ini meskipun ada penolakan proses autopsi dari keluarga korban,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang bocah SD MDH (9) meninggal dunia diduga akibat dikeroyok kakak kelasnya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Sabtu, 20 Mei 2023.
HY (52) kakek korban mengatakan dugaan pengeroyokan cucunya yang masih SD itu terungkap setelah dibawa ke rumah sakit. Pasalnya, sang cucu sesak nafas dan sakit di bagian dada.
Awalnya, kata HY, pihak keluarga tidak mengetahui bocah SD tersebut korban penganiayaan.
“Kita keluarga nyangka itu istilahnya penyakit saja karena pas dibawa ke rumah sakit dadanya sesak, nafasnya sesak, tulang punggung dan dadanya sakit,” ungkap kata HY kepada wartawan, ditulis Senin 22 Mei 2023.
Menurut HY, cucunya awalnya tak mengaku dianiaya teman dan kakak kelasnya.
Namun, setelah berbicara dengan dokter, korban akhirnya mengaku telah dikeroyok.
“Kita nggak nyangka itu penganiayaan. Pas saya bawa ke RS Primaya, anak itu nggak ngaku, mungkin diancam saya kurang paham. Setelah dokter nanya sampai empat kali baru dia ngaku, dipukulin,” ujarnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"