KONTEKS.CO.ID – Nama Marietje van Oordt sangat termasyur di Hindia Belanda pada awal abad 20. Bukan cuma cantik, Marietje tenar di masa itu lantaran memiliki reputasi mentereng sebagai tokoh kriminal kelas atas.
Penipuan dan prostitusi merupakan keahlian dari Marietje van Oordt. Gosip tentang kejahatannya menyebar dari koran-koran hingga mulut ke mulut.
Korban dari kecantikan Marietje van Oordt adalah para pejabat, pengusaha, pemilik toko, pemilik hotel dan pedagang-pedagang besar.
Pada masa itu, koran-koran di Hindia Belanda memberitakan tentang reputasi kelam Marietje ini. Bahkan, perempuan bernama lengkap Marie Elisabeth van Oordt mendapat julukan ‘een slechte, slechte vrouw‘ atau seorang perempuan yang sangat jahat.
Ahmad Sunjadi dalam buku ‘Bukan Tabu di Nusantara’ mencatat, kiprah Marietje pertama kali muncul sebagai objek pemberitaan di sejumlah koran Hindia Belanda pada tahun 1914.
Dalam buku tersebut, Marietje digambarkan sebagai seorang perempuan penuh pesona, anggun dan memiliki daya tarik tinggi untuk memikat kaum Adam.
Modusnya adalah menggunakan berbagai nama palsu dan mengaku sebagai keturunan dari keluarga terhormat. Dengan cara itu dia mulai memikat para pria.
Pada awal kiprahnya, Marietje memakai nama Elly Bronsgeest. Nama belakangnya itu diambil dari nama keluarga yang mengadopsi dirinya.
Dia berkelana keliling Jawa dan tinggal di hotel-hotel kelas satu. Satu persatu pria-pria kaya mulai menjadi korbannya.
“Jika Marietje melakukan sesuatu, dia melakukannya dengan baik untuk dirinya sendiri, sedangkan untuk pihak lain biasanya berakhir dengan kerugian,” menukil Java Bode edisi 19 Maret 1915 dalam artikel Soerabaia Nieuwsblad menggambarkan seorang Marietje.
“Kita tentu tidak perlu menjelaskan siapa ia, semua orang sekarang mengenalnya dengan alias ini-itu…,” lanjutnya.
Sementara, dalam Preanger-Bode 29 Mei 1915, Marietje disebutkan sebagai “gadis yang sangat bersemangat, yang tidak terlalu dekat dengan moralitas– seperti yang dipahami dalam masyarakat kita yang baik”.
Masuk Penjara Umur 20 Tahun
Saat usianya baru menginjak 20 tahun, polisi menangkap Marietje dan langsung menghadapkannya ke meja hijau pada 1917. Tuduhannya, ia melakukan penupuan terhadap Ms Schwab, Steenbergen Soeurs, Penjahit Asmail, dan Toko Bombay Daramdas di Passer Baroe.
Saat persidangan, pengadilan penuh sesak. Para hakim, juru sita, saksi, polisi, jurnalis dan orang-orang yang penasaran ada di sekitar gedung pengadilan saat Marietje masuk ke dalam ruang sidang.
Pesona Marietje seakan tak luntur hingga membuat orang-orang mendelikkan mata. Penampilannya nampak begitu sederhana tapi penuh selera.
Berpakaian putih, stoking putih, sepatu hak tinggi putih dan rambut pirang dengan potongan penuh gaya. Demikian catatan koran Batavia News edisi 11 Desember 1917.
Dalam persidangan, hakim memvonis Marietje bersalah karena penipuan dan pemalsuan dengan vonis satu tahun penjara dan denda 500 Gulden. Namun dalam sidang banding pada April 1918, pengadilan memperberat hukumannya menjadi dua tahun penjara.
Sebulan usai bebas dari penjara pada April 1920, Preanger-Bode dalam edisi 20 Mei melaporkan bahwa pengadilan kembali mencari Marietje.
Kali ini, dia menghadapi tuntutan dari Charles du Perron. Rupanya, sebelum masuk penjara, Marietje sempat mendatangi rumah keluarga Du Perron di Bandung.
Marietje memperkenalkan dirinya sebagai Nyonya Krapp. Ia ingin menyewa Gedong Menu milik keluarga du Perron di Meester Cornelis (sekarang Jalan Jatinegara), Batavia, yang sedang kosong.
Kepada Charles, Marietje mengaku suaminya memegang posisi tinggi di Paketvaart dan akan menanggung biaya sewanya. Dengan pesonanya, Marietje berhasil meyakinkan Tuan Charles du Perron.
Namun hingga delapan bulan kemudian Marietje tak kunjung membayar uang sewa. Bahkan, selama menyewa dia memakai tempat tersebut untuk menggelar pesta dan meninggalkannya dalam kondisi rusak berat.
Charles du Perron segera menuntut Marietje ke pengadilan. Dalam persidangan yang berlangsung hingga 16 November 1920 itu hakim kembali menjatuhkan vonis penjara satu tahun.
Aksi Marietje Semakin Menggila
Mendekam di penjara rupanya tak membuat Marietje jera. Sepuluh tahun kemudian atau sekitar awal tahun 1930 Marietje kembali berulah.
Dia menggoda seorang pejabat di Surabaya. Marietje membuat janji dengan sang pejabat di sebuah hotel.
Saat pejabat tersebut datang, Marietje sudah siap di kamar hotel dengan mengenakan gaun tidur dan cara khasnya yang menawan dan mempesona.
Kepada sang pejabat, Marietje berjanji akan memperkenalkan dengan para koleganya.
“Saya punya foto-foto mereka dan akan saya tunjukkan kepada tuan, jika tuan bersedia masuk ke dalam kamar,” bujuk Marietje ke pejabat itu.
Rayuannya berhasil. Pejabat itu masuk ke kamar Marietje. Saat di dalam, Marietje langsung mengeluarkan ancaman.
“Maaf tuan, saya terpaksa melakukan hal ini, saya butuh 1.000 Gulden. Jika Anda tidak mengerti, saya akan berteriak dan orang-orang akan menemukan kita di sini. Tuan orang terhormat, punya jabatan, punya atasan, dan punya istri,” kata Marietje seperti pemberitaan sebuah koran yang terbit pada 10 Maret 1930.
Pejabat itu kemudian tersadar jika dia sudah masuk perangkap. Mau tak mau dia harus mengeluarkan uang sebesar 1000 gulden untuk menutup mulut Marietje.
Tak hanya di Jawa, aksi Marietje juga merambah ke Pulau Sumatera, terutama di Kota Medan. Dia kembali mendapat hukuman penjara selama 9 bulan karena penipuan dan pemalsuan surat.
Masa Kecil yang Kelam
Sebelum terperosok ke dunia kriminal dan terkenal, Marietje memiliki latar belakang kisah masa kecil yang sangat kelam.
Ibunya, Cecil Elizabeth Van Oorth, adalah anak haram seorang pengacara. Sejak remaja sang ibu terusir dari keluarganya hingga terpaksa hidup di sebuah kampung.
Tetapi ada yang mengetahui sosok ayahnya. Kemungkinan, Marietje seorang Indo Eropa atau bahkan seorang pribumi Indonesia.
Marietje kecil lahir di Surabaya, 23 Oktober 1897. Namun lantaran tidak mampu atau tidak mau merawat, sang ibu kemudian menyerahkan Marietje ke panti asuhan di bawah pengelolaan suster-suster Ursulin di Surabaya.
Pasangan Bronsgeest kemudian mengadopsi, merawat dan menyekolahkannya. Nahas, di usia 12 tahun orang tua angkatnya meninggal dunia. Dia pun terpaksa tinggal di Leger des Heils (Bala Keselamatan) di Surabaya.
Di usia 14 tahun, Marietje melarikan diri dan mulai memasuki dunia prostitusi dan penipuan.
Menikah dengan Pria Inggris
Marietje pertama kali menikah pada 1915 saat masih berusia 18 tahun. Ia menikah dengan Christiaan Krop, seorang penata rambut.
Dari pernikahan itu Marietje melahirkan seorang putra yang diberi nama Chris. Perkawinan itu berakhir dengan cepat. Putranya tumbuh di sebuah panti asuhan.
Sedangkan ketika berada di Medan pada tahun 1930-an, Marietje bertemu dengan J Simpson, seorang pria Inggris yang berbisnis perkebunan. Saat itu, Marietje bekerja di Hotel de Boer Medan sebagai perempuan penghibur.
Keduanya kemudian menikah pada tahun 1935 dan sempat tinggal di Singapura.
Seperti yang pertama, pernikahan kedua Marietje juga tak bertahan lama lantaran J Simpson meninggal dunia. Marietje pun kembali ke Medan.
Namun sejak saat itu kabar tentang Marietje hilang tak berbekas. Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1938, data dari arsip keluarganya mencatat bahwa Marietje telah kembali ke Batavia.
Dia kemudian menjalin hubungan gelap dengan seorang pria Jawa bernama Raden Flip Soedargo, seorang priyayi Jawa yang bekerja sebagai petinggi di Djawatan Pos di Batavia.
Bersama Raden Flip Soedargo, Marietje mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Robbie dan sempat tinggal di Batavia, Salatiga, dan Semarang.
Hubungan Marietje dan Soedargo berlangsung hingga pertengahan tahun 1945.
Akhir Hayat Marietje
Di masa pendudukan Jepang, Marietje sempat tertangkap dan masuk dalam kamp tawanan bikinan Jrpang untuk orang-orang Belanda. Untungnya dia selamat.
Dalam sebuah wawancara di surat kabar Java Bode di Glodok, Batavia, pada tahun 1928 Marietje menyebut dunia yang membuatnya terpaksa melakukan semua itu.
“Tak seorang pun yang peduli dengan jiwaku. Saya bukan seorang perempuan yang jahat, tetapi dunia telah membuat saya begitu. Orang-orang itulah yang telah menginjak-injak saya,” ujarnya.
Tahun 1957 dia pindah ke Singapura dan masuk dalam komunitas masyarakat Inggris dengan memakai nama Allen Simpson.
Kemudian, dia pindah ke Kuala Lumpur pada awal 1960-an. Dalam surat-surat kepada keluarga dan putranya menunjukkan Marietje jatuh miskin
Dia juga mengungkapkan rasa bersalah tentang kehidupan masa lalunya, menyesal dan mohon pengampunan.
Marietje meninggal dunia pada 13 Maret 1974 di usia 77 tahun. Dia dimakamkan di Kuala Lumpur dalam sebuah upacara yang sederhana.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"