KONTEKS.CO.ID – Yohanes Donbosco Lobo dan lingkungan tempat tinggalnya bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, apapun agamanya, dalam membangun kehidupan sosial beragama yang sehat di Indonesia.
Bagaimana tidak, Yohanes Donbosco Lobo terlibat dalam pembangunan Masjid Sirathal Mustaqim di lingkungannya tinggal. Bahkan masuk dalam kepanitian pembangunannya.
Seperti apa keterlibatan Yohanes Donbosco Lobo dalam pembangunan Masjid Sirathal Mustaqim?
Melansir laman Kemenag, Rabu, 5 April 2023, berikut kisah toleransi apik yang diperlihatkan umat beragama di Indonesia.
Sebagai seorang pemeluk agama Katolik, John Lobo sebenarnya tak pernah membayangkan akan menjadi bagian panitia pembangunan masjid. “Tapi jalan kehidupan, nyatanya membuat saya terlibat dalam pembangunan Masjid Sirathal Mustaqim di RW 13, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jatim,” katanya.
Dia menuturkan, pengalaman tersebut berawal dari tugasnya sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 07/RW 13, Desa Japan. Di desa ini, dia memang sudah terlahir dengan nama Yohanes Donbosco Lobo dan biasa disapa John Lobo.
“Warga RT 07 telah memilih saya sebagai Ketua RT sejak 2018. Sebagai Ketua RT, maka tak heran kalau saya kerap hadir dalam Rapat Rukun Warga (RW),” katanya.
John Lobo juga sering terlibat dalam berbagai kegiatan pemerintahan baik di tingkat RW maupun desa, seperti kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrengbangdes). Mulai dari sosialisasi berbagai kebijakan daerah, cara penanganan masalah sampah, pembangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga pembangunan masjid.
“Pengalaman yang terakhir ini, tak akan saya lupakan. Ini sangat berkesan bagi saya yang sehari-hari berdinas sebagai Guru Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Di Desa Japan ini, saya betul-betul merasakan bagaimana kehidupan masyarakat yang sangat inklusif,” paparnya.
Saat dipercaya menjadi Ketua RT, jumlah warganya sekitar 234 jiwa dari 78 kepala keluarga. Dari jumlah itu, keluarganya, satu-satunya yang beragama Katolik.
Meski menjadi satu-satunya keluarga Katolik, John Lobo memegang prinsip inklusif dalam pergaulan, terlibat aktif dalam kehidupan bersama, dan menjunjung tinggi budaya setempat.
Panitia Pembangunan Masjid
Dia menceritakan, pada 18 Agustus 2021, dalam sebuah rapat rutin, dibicarakan masalah pembangunan masjid di lingkungan fasilitas umum (Fasum) RW 13 Japan Asri-Pitaloka. Dalam rapat itu dibahas pula pembentukan panitia pembangunan masjid.
Sebagai salah satu Ketua RT, dia dilibatkan dalam panitia. Bahkan dipercaya dalam panitia sebagai seksi hubungan masyarakat (humas).
John Lobo bertugas mengumpulkan dukungan persetujuan warga terkait keberadaan fasum yang akan dipakai dalam pembangunan masjid. Serta, membangun komunikasi dengan berbagai pihak perihal proses hingga selesainya pembangunan masjid.
Dalam perjalanan waktu, diakuinya kadang ciut ketika mengumpulkan tanda tangan dukungan warga untuk pembangunan masjid di kompleks Fasum RW. Komentar dan pertanyaan kritis muncul dari teman-teman Muslim.
“Pak John, panjenengan (Anda) itu bukan Muslim mengapa meminta tanda tangan perihal penggunaan fasum kepada umat Muslim. Bahkan terlibat langsung dalam panitia pembangunan Masjid?” komentar salah satu warga.
Mendengar komentar itu, dia hanya bisa tersenyum. “Saya menyampaikan permohonan maaf, sambil menjelaskan tugas saya sebagai Ketua RT, yang mesti hidup bersama di tengah masyarakat,” tambahnya.
Kemudian dirinya mengira ada tahapan yang paling sulit yang akan dihadapi. Beruntung, dia dimudahkan, yakni ketika menyampaikan proposal dan permohonan donasi warga.
“Doa juga selalu saya panjatkan kepada Tuhan agar mendapatkan kemudahan. Setiap hendak melangkahkan kaki keluar rumah untuk menjumpai warga dalam urusan pembangunan masjid, saya selalu berdoa singkat agar mendapatkan tanggapan positif dari warga. Tentu, saya berdoa secara Katolik, dengan membuat tanda salib,” katanya lagi.
Ikut Usul Nama Masjid
Tak sampai di situ. Kejadian unik lain dialaminya ketika pertemuan di sebuah angkringan kafe kuno milik warga di RW 13.
Sekitar 11 orang perwakilan tiap RT, tokoh agama dan masyarakat, bertemu. Pertemuan ini atas undangan penasihat pembangunan, dengan agenda memilih nama masjid yang akan dibangun.
Saat itu penasehat meminta tiap anggota membawa usulan dua nama yang bakal dipilih sebagai nama masjid. Dua nama mesti berbeda.
Ada delapan RT, total 18 usulan nama. Lalu dikocok seperti arisan, nama yang keluar bakal menjadi nama masjid yang akan dibangun.
Inilah awal yang sulit baginya. Akhirnya John Lobo memasukan sepotong kertas yang digulung dengan tertulis sebuah nama. Ketika dikocok, keluar golongan kertas kecil bertuliskan Al-Iqlas. “Itu usulan nama pertama yang saya tulis,” ujarnya.
Dia tersenyum meski mulut terbalut masker warna putih. Hati kecilnya berkata, “Al-Iqlas itu pilihan saya.”
Namun, nama itu dianulir. Beberapa tokoh agama menimbang nama itu telah dipakai oleh musala di sekitar perumahan. Dia mengikhlaskan dan memberi kesempatan untuk mengocok undian lagi.
Kocokan kedua keluarlah nama Sirathal Mustaqim. Bagi John Lobo nama itu punya kedalaman makna. “Bagi saya nama tidak sekedar diberikan atau dilekatkan begitu saja pada sesuatu. Begitupun dengan nama bakal masjid yang muncul atau keluar setelah diundi. Sirathal Mustaqim berarti jalan yang lurus,” tuturnya.
Demikian harapan yang tersirat bahwa masjid yang dibangun tepat di RT 05 RW 13 Japan Asri tersebut adalah sarana ideal yang membawa jamaah untuk menggapai kesalehan hidup.
Proses pelaksanaan pembangunan Masjid diserahkan sepenuhnya kepada warga RT.05 mengingat keberadaanya terletak di area tersebut. Ini sekaligus mengobati kerinduan warga setempat akan kehadiran tempat ibadah. Itu juga karena sebagian besar RT di RW 13 telah memiliki musala.
Di bawah arahan ketua RT setempat, warga saling bahu membahu dan bekerja sama membangun masjid. Sedangkan untuk konsumsi didukung oleh kelompok dasa wisma dari keseluruhan RT yang ada, termasuk istrinya sebagai ketua Dasa Wisma RT 07.
Demikian cerita indahnya toleransi yang dibangun masyarakat di RW 13, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jatim. Semoga menginspirasi. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"