KONTEKS.CO.ID – Seorang sosiolog, Paul B. Horton berpendapat bahwa penyimpangan sosial adalah perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran norma kelompok.
Penyimpangan sosial dalam hal ini sangat kontekstual karena tidak bersifat mutlak dan universal. Penyimpangan sosial di Indonesia, belum tentu sama penyimpangan di negara lain.
Untuk memudahkan dalam memahami, berikut kami sajikan 3 contoh penyimpangan sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Penyimpangan Sosial
1. Korupsi
Perilaku korup individu termasuk bentuk penyimpangan terhadap aturan hukum, nilai dan norma karena merugikan banyak pihak.
Korupsi merupakan bentuk penyimpangan sosial yang terjadi mulai dari yang tinggi seperti lembaga negara, sampai ke masyarakat bawah. Penyebab seseorang melakukan korupsi bisa jadi karena kebutuhan ekonomi, desakan atasan, dukungan kolega, atau hasrat kerakusan.
2. Tawuran
Tawuran merupakan contoh klasik dari penyimpangan sosial biasanya remaja antarsekolah atau bahkan komunitas pekerja. Umumnya tawuran memang terjadi antara anak sekolah SMP maupun SMA.
Dalam beberapa penelitian mendapatkan bahwa tawuran ini sebagai bentuk ekspresi anak-anak muda yang labil identitas, haus eksistensi dan mabuk gengsi yang harus terpenuhi melalui pengakuan sosial.
Tawuran sendiri merupakan perilaku kolektif saling serang yang dapat menimbulkan bentrokan fisik.
Hal ini tentu saja nirfaedah karena tujuannya sangat merugikan dan mencelakakan orang lain. Namun terkadang dibalik tawuran, ada makna berbeda dari sisi pelaku seperti solidaritas, dan keberanian.
3. Penyalahgunaan narkoba
Penyimpangan sosial yang tergolong sebagai perwujudan proses gaya hidup adalah kegiatan mengkonsumsi obat-obatan dan minuman yang terlarang, misal narkoba, miras, dan sebagainya.
Penyalahgunaan narkoba jelas merupakan penyimpangan sosial karena bentuk pelanggaran hukum. Faktor penyebab penyimpangan sosial ini terjadi karena adanya motif ekonomi hingga psikologis.
Contoh tersebut merupakan bentuk penyimpangan yang bersifat negatif atau merugikan. Tetapi penyimpangan sosial dapat berbentuk positif karena sesuatu yang awalnya menyimpang, kemudian menjadi wajar dan masyarakat sosial menerimanya.
Contohnya, menolak perjodohan bagi wanita jawa terdahulu adalah satu hal yang menyimpang dari norma, namun saat ini wajar.
Jadi, sebenarnya penyimpangan sosial tidak berlaku universal sebab labelisasi tindakan sosial sebagai penyimpangan bersifat relatif.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"