KONTEKS.CO.ID – Jembatan tahan gempa dibangun mahasiswa ITS. Indonesia adalah negara yang rawan akan bencana alam. Karena itu, infrastrukturnya harus tahan bencana seperti banjir dan gempa.
Nah sebagai upaya dakam mitigasi bencana alam, desain infrastruktur bangunan yang kuat sangat diperlukan.
Berpijak pada persoalan ini, tim mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membangun desain jembatan dengan ketahanan tinggi terhadap bencana alam.
Tim ini terdiri dari Moch Choirul Akbar Majid, Vincent Hans Siputta, serta Gregorius Alexander. Mereka berkolaborasi dalam atap tim Ergo.
Dengan kerja keras, mereka sukses membangun desain jembatan bernama “Jembatan Molihuto”.
Moch Choirul Akbar Majid, salah satu anggota Tim Ergo mengatakan, mereka menggunakan studi kasus Jembatan Molintogupo dari Desa Lombongo, Kecamatan Sumawa Tengah, Bone Bolango, Gorontalo.
Jembatan Molihuto dibangun dengan prinsip mitigasi bencana. Dengan demikian, mampu bertahan apabila terjadi bencana alam.
Dia mengutarakan, kawasan Jembatan Molintogupo seringkali terjadi bencana alam banjir bandang dan gempa bumi. Ini mengakibatkan jembatan tersebut rawan roboh.
“Karena itu, perlu digelar perencanaan pembangunan jembatan dengan mengantisipasi bencana alam tersebut,” katanya.
Pada perancangannya, jembatan tersebut menggunakan tipe jembatan pelengkung. Akbar menjelaskan, jembatan tipe pelengkung mempunyai sejumlah keunggulan.
Misalnya, memiliki tingkat ketahanan yang tinggi serta mampu menahan beban yang besar. Selain itu, jembatan pelengkung memiliki struktur yang lebih kuat sehingga dapat meminimalkan penggunaan baja.
“Kelebihan dari jembatan ini juga memiliki nilai estetika tersendiri,” ujarnya.
Fondasi jembatan ini juga dilengkapi dengan lapisan biotextile yakni teknologi lapisan pelindung tanah yang dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2022. Lapisan ini berfungsi sebagai metode stabilisasi tanah untuk mencegah laju erosi pada permukaan tanah.
Cara kerja teknologi ini yaitu dengan menurunkan debit air mengalir pada permukaan sehingga tidak akan terjadi longsor.
Tidak berhenti disitu, Jembatan Molihuto menggunakan struktur beton yang terbuat dari campuran fly ash dan abu sekam padi untuk meningkatkan kualitas serta ketahanan beton.
Penggunaan fly ash berfungsi sebagai bahan pengikat dalam beton, serta membantu beton agar tahan korosi. Sementara itu, abu sekam padi berperan sebagai bahan penguat beton sehingga memiliki ketahanan yang lebih tinggi.
Perencanaan desain jembatan ini juga menerapkan pembangunan yang berkelanjutan. Akbar mengungkapkan, penggunaan beton campuran juga bertujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh beton sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, Jembatan Molihuto juga dilengkapi dengan fitur sensor yang bertujuan untuk memudahkan proses pemeliharaan jembatan dan mengantisipasi kerusakan dini.
Berkat inovasi tersebut, jembatan tahan gempa buatan tim bimbingan Ahmad Basshofi Habieb ini berhasil menyabet juara pertama dalam ajang International Bridge Design Competition yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Diponegoro.
“Diharapkan jembatan ini menjadi sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” pungkas Akbar. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"