KONTEKS.CO.ID – Deni Iskandar, pemuda asal Pandeglang, Banten, yang mendapat beasiswa dari Yayasan Nostra Aetate, Vatikan, telah menyelesaikan kuliahnya untuk Studi Hubungan Antaragama.
Dia kemudian mendapat kesempat bertemu empat mata dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Rabu, 28 Agustus 2023.
Dari laman kemenag.go.id dan bersumber dari laporan kotributor Afa Edison yang merupakan Pranata Humas Bimas Katolik, disampaikan Deni Iskandar adalah salah satu murid Abuya KH Ahmad Muhtadi, tokoh spiritual Muslim di Provinsi Banten.
Deni sebelumnya adalah lulusan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang kemudian mendapat beasiswa dari Vatikan dan telah selesai belajar pada akhir Juni 2023.
Deni tidak membayangkan kalau dirinya bisa merasakan belajar dan kuliah di Pontifical University Thomas Aquinas-Angelicum dan Pontificia Universitа Gregoriana, juga pada Nostra Aetate Foundation pada Dicastery for Interreligious Dialogue (NAF-DID) di Vatikan.
Menurut Deni saat berbincang dengan Pater Markus Solo Kewuta, SVD, bahwa ini merupakan perjalanan panjang hidupnya. Dia tidak menyangka akan mendapat beasiswa dari Vatikan dan belajar di Kota Roma.
“Saya mengenal banyak tokoh dan pastor Katolik. Saya pernah menulis buku berjudul Katolik di Tanah Santri,” ujar Deni melalui siaran channel Youtube Padre Marco pada Sabtu, 26 Agustus 2023.
“Berkat wasilah (pertolongan melalui perantaraan) seorang Pastor Katolik, bernama Pater Markus Solo yang akrab disapa Padre Marco, saya bisa punya kesempatan belajar di kampus Kepausan dan juga pada Dikasterium Kepausan milik negara Vatikan,” ujarnya.
Masjid Agung di Kota Roma
Dalam perbincangan itu, Deni juga berkisah kalau dirinya sempat bingung ketika berada di Roma. Salah satunya bagaimana dia akan menjalankan ibadah selama kuliah nanti.
Tapi kebingungan Deni terjawab. Bahwa di Kota Roma ada Masjid Agung terbesar di daratan Eropa. Ada juga puluhan musala yang digunakan sebagai tempat ibadah termasuk Salat Jumat, dan juga Salat Tarawih.
Salah satunya musala yang terletak di wilayah Vittorio Emanuele dan bernama Musala Baitu Assalam atau Rumah Keselamatan. Keberadaan musala ini cukup menarik karena persis berdampingan dengan sebuah Gereja Katolik.
“Saya bersyukur, di sini, Alhamdulillah, puasa saya selama Bulan Suci Ramadhan lancar, alias tidak batal. Sahabat-sahabat Katolik yang serumah dengan saya memberikan kepada saya apa yang saya butuhkan untuk berpuasa,” kata Deni.
Bertemu Empat Mata dengan Paus Fransiskus
Selain banyak pengalaman menarik saat belajar di Vatikan. Deni juga tidak menyangka akan bertemu dan berbincang langsung dengan Paus Fransiskus.
Lebih khusus lagi, Deni ternyata mendapat kesempat berbincang empat mata dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu, 28 Juli 2023.
Deni bisa bertemu bahkan bertegur sapa dengan Paus Fransiskus, di Lapangan depan Basilika Santo Petrus, Vatikan.
Ini pengalaman yang sangat membahagiakan bagi anak penjual kopi di Pasar Kambing, Tanah Abang, Jakarta Pusat ini. Deni tidak menyangka bisa bertegur sapa dengan pimpinan Gereja Katolik Dunia, sekaligus Kepala Negara Vatikan itu.
Saat berjumpa dengannya, Paus Fransiskus berkata kepada Deni “Bene, il futuro dell’Indonesia!” “Bagus, masa depan Indonesia!”.
Deni menyampaikan bahwa pertemuan dirinya dengan Paus Fransiskus dalam rangka silaturahmi. Dia juga melaporkan atas selesainya studi di Nostra Aetate Foundation, bagian kerja dari Dicastery for Interreligous Dialogue, Vatikan untuk memajukan dialog dan perdamaian melalui jalur pendidikan.
“Jadi dalam pertemuan itu, saya silaturahmi dengan Yang Mulia Paus Fransiskus, kemudian juga laporan bahwa saya sudah beres menyelesaikan studi,” kata Deni.
Pemuda dengan panggilan akrab Bung Goler itu menjelaskan bahwa dirinya juga merayu Paus Fransiskus untuk berkenan datang ke Indonesia dan juga meminta mendoakan Indonesia agar menjadi negara yang kuat, maju, dan damai.
“Saya juga bilang bahwa jika ada waktu Santo Padre Fransiskus harus datang ke Indonesia, kemudian juga saya bilang terima kasih telah memberikan saya beasiswa lewat Nostra Aetate Foundation, serta saya juga bilang, doakan saya dan Indonesia. Kemudian Paus Fransiskus bilang, ‘Iya’,” katanya.
Menurut Deni, Paus Fransiskus sebagai Kepala Negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik Dunia, adalah sosok yang humble dan punya komitmen yang tinggi dalam membangun perdamaian dunia.
Tekad Deni Membangun Dialog
Dalam wawancara dengan Padre Marco, SVD, Deni juga menyampaikan tekadnya untuk membangun dialog setelah kembali ke Indonesia.
Dia bertekad membangun dialog dengan cara membangun kerja sama dengan para ulama, umat Islam, dan gereja Katolik untuk bagaimana dialog antarumat beragama terus dilanjutkan sebagaimana pernah dilakukan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur Uskup Keuskupan Bogor dengan Abuya KH Ahmad Muhtadi di Banten.
Deni meyakini dialog adalah jalan mutlak menuju perdamaian. Tidak ada jalan lain, tegasnya. Tekad ini dibangun karena dirinya merasa yakin telah mempelajari dokumen maupun ensiklik Gereja Katolik yang berbicara tentang konsep dialog lintas agama.
Menurut Deni, ada dua dokumen gereja yang menarik. Pertama, dokumen Human Fraternity yang adalah dokumen apostolik Paus Fransiskus dalam kerja sama dengan Dr. Ahmad Al-Tayyeb, Imam besar Al-Azhar, yang ditandatangani 4 Februari 2019 lalu di Abu Dhabi.
Kedua, dokumen Laudato Si (memelihara bumi sebagai rumah bersama). Bagi Deni, ini dokumen istimewa yang patut ditiru oleh semua agama.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"