KONTEKS.CO.ID – Ganjar Pranowo sebagai calon presiden nomor urut 3 menceritakan perjalanannya menemui masyarakat saat kampanye. Dalam perjalannya, Ganjar dan Mahfud menemukan permasalah yang terjadi.
Ganjar menyampaikan bagaimana dirinya dan Mahfud MD telah bertemu warga dari ujung timur Indonesia dan Barat. Dari Sabang sampai Merauke, hanya untuk mendengarkan dan ingin melihat secara langsung apa yang disampaikan oleh rakyat.
“Apa yang dirasakan oleh rakyat sehingga ketika kontestasi 5 tahunan ini berlangsung Harapan itu ada dan masuk dalam pikiran seorang pemimpin, satunya pikiran perkataan dan perbuatan ini sesuatu yang sungguh penting,” kata Ganjar dalam awal pemaparannya pada Senin, 12 Desember 2023.
Ganjar bercerita bahwa di Merauke, dirinya bertemua dengan Pendeta bernama Pak Leo yang terpaksa harus menolong seorang ibu yang ingin melahirkan karena tidak adanya fasilitas kesehatan. Pendeta ini harus belajar dari YouTube.
“Sesuatu hak kesehatan yang tidak bisa didapat, maka kita sampaikan kepada Pendeta Leo dan akan membangunkan itu dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu Desa, satu faskes, satu nakes,” katanya.
Sementara pada para guru di Aceh Sabang, terutama pada guru agama, Ganjar dan Mahfud memastikan akan membangun Indonesia yang hebat dengan SDM yang unggul.
“Tapi apakah kita sudah memperhatikan mereka, tentu kemajuan yang selama ini ada mesti kita lakukan jauh lebih cepat, lebih sat set dan perhatian itu mesti diberikan dan itulah di sana kita memperhatikan nasib para guru, termasuk guru agama insentif kepada mereka kita berikan agar mereka bisa mengajarkan budi pekerti yang luhur dengan moderasi agama yang ada,” katanya.
Ganjar lalu bercerita mengenai perjalanannya ke NTT dan bertemu dengan masyarakat dan kenapa banyak anak muda tidak mudah mendapatkan akses pekerjaan. Ganjar mendapatkan fakta ada kesulitan masyarakat untuk akses internet, padahal anak muda ini butuh belajar. Tentu kondisi ini tidak sama dengan yang ada di Jawa.
“Catatan inilah yang mendorong pikiran kami, internet gratis untuk para siswa yang sedang bersekolah agar mereka punya kesamaan dengan kita semua yang ada di Jawa ini,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Ganjar kemudian bertemu dengan kawan-kawan penyandang disabilitas di NTB. Ganjar merasa bahagia bertemu dengan orang yang berjuang dengan keras agar dia bisa setara dan pemerintah mesti memperhatikan mereka untuk memberikan kesetaraan.
“Tapi bapak ibu, Saya mendengar ketika demokratisasi mesti berjalan dan demokrasi mesti kita jaga bersama. Ada Ibu Sinta yang ketika menyampaikan pendapat dan berurusan dengan aparat keamanan. Ada Melky Ketua Bem UI yang kemudian ibunya diperiksa,” katanya.
Disampaikan lagi oleh Ganjar, di Kalimantan ada fakta bahwa masyarakat Dayak dan suku-suku yang ada perlu mendapatkan akses yang sama. Semua bisa berjalan bila pemerintah bersih, pemerintah hanya bisa akomodatif.
“Dan kita sikat korupsi itu tidak dengan kata-kata, dengan keseriusan. Kami mohon dukungan rakyat perintahkan kami untuk melakukan eksekusi terhadap koruptor,” katanya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"