KONTEKS.CO.ID – Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyerahkan kepada rakyat untuk memilih calon pemimpin yang mereka kehendaki. Bila rakyat tidak suka Prabowo dan Gibran, maka tidak perlu memilih Prabowo dan Gibran.
Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat Anies Baswedan menanyakan perasaan Prabowo karena putusan MKMK memutuskan terjadi pelanggaran etik berat terkait putusan MK. Persyaratan Gibran memang dianggp bermasalah secara etika.
“Intinya rakyat yang putuskan, rakyat yang menilai, kalau rakyat tidak suka Prabowo dan Gibran enggak usah pilih kami saudara-saudara sekalian, dan saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies. Sorry ya, sorry ya,” ujar Prabowo.
Begini pertanyaan Anies kepada Prabowo terkait dengan keputusan MK.
“Pada tanggal 25 Pak Prabowo mendaftar ke KPU sebagai pasangan calon presiden calon wakil presiden, sesudah keputusan MK dan kemudian di MK dibentuk MKMK yang hasilnya mengatakan bahwa terjadi pelanggaran etika berat yang menyebabkan keputusan yang dibuat oleh MK secara etika bermasalah. Kemudian Bapak punya waktu sampai dengan tanggal 13 November karena di situ adalah waktu terakhir untuk mengambil keputusan bila ada perubahan, sesudah Bapak mendengar bahwa ternyata pencalonan persyaratannya bermasalah secara etika. Pertanyaan saya apa perasaan Bapak ketika mendengar bahwa ada pelanggaran etika di situ,” tanya Anies Baswedan pada Selasa, 12 Desember 2023.
“Jadi, Mas Anis ya memang suatu perkembangan politik itu ada beberapa segi perspektif ya. Jadi tim saya, para pakar hukum yang mendampingi saya menyampaikan bahwa dari segi hukum tidak ada masalah. Masalah yang dianggap pelanggaran etika sudah diambil tindakan dan keputusan ya. Waktu itu oleh pihak yang diberi wewenang kemudian sudah ada tindakan dan tindakan pun itu masih diperdebatkan. Karena yang bersangkutan masih memproses. Tetapi intinya adalah bahwa keputusan itu final dan tidak dapat diubah, ya saya laksanakan,” kata Prabowo.
“Dan kita ini bukan anak kecil Mas Anis ya, Anda juga paham ya, sudahlah ya. Sekarang begini, intinya rakyat yang putuskan, rakyat yang menilai, kalau rakyat tidak suka Prabowo dan Gibran enggak usah pilih kami saudara-saudara sekalian. Dan saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anis. sorry ya, sorry ya. Mas Anies, saya tidak punya apa-apa, saya sudah siap mati untuk negara ini,” kata Prabowo lagi.
“Fenomena ordal ini menyebalkan, di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal. Mau ikut kesebelasan ada ordalnya, mau masuk jadi guru ordal, mau daftar sekolah ada ordal, mau tiket untuk konser ada ordal, ada ordal di mana-mana yang membuat meritokratik enggak berjalan, yang membuat etika luntur dan ketika fenomena ordal itu bukan hanya di masyarakat, tetapi diproses yang paling Puncak terjadi ordal, maka rakyat kebanyakan,” katanya Anies.
“Dan ini saya rasakan beberapa waktu yang lalu, beberapa orang guru berjumpa dengan saya dan mereka mengatakan Pak di tempat kami pengangkatan guru-guru itu mendasarkan ordal. Kalau tidak ada ordal nggak bisa jadi guru nggak bisa diangkat, lalu apa jawabannya, atasan saya bilang wong yang di Jakarta saja pakai ordal, kenapa kita di bawah tidak boleh pakai ordal. Negeri ini rusak apabila tatanan itu hilang,” kata Anies lagi.
“Mas Anies, dalam demokrasi, kekuasaan tertinggi ada di rakyat, hakim yang tertinggi adalah rakyat tanggal 14 Februari rakyat yang akan mengambil keputusan. Kalau kami tidak benar, salah, berkhianat, rakyat yang akan menghukum kami,” kata Prabowo.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"