KONTEKS.CO.ID – Vatikan kembali menegaskan penolakannya terhadap operasi penegasan gender, ‘teori gender’ dan peran sebagai orang tua pengganti.
Hal itu sebelumnya telah menuai kritik dari para pendukung umat Katolik LGBTQ.
Deklarasi dari kantor doktrinal Vatikan (DDF) ini muncul empat bulan setelah dokumen lain yang mendukung pemberkatan bagi pasangan sesama jenis.
Dukungan itu sontak memicu penolakan keras dari kelompok konservatif, terutama di Afrika.
Teks setebal 20 halaman tersebut menyebut teori gender ‘sangat berbahaya’.
Teori gender mencoba menyangkal perbedaan terbesar yang ada di antara makhluk hidup: perbedaan seksual.
Ketua Kantor Doktrinal Vatikan, Kardinal Victor Manuel Fernandez menegaskan penentangan terhadap undang-undang anti-LGBTQ yang diberlakukan oleh sejumlah negara dengan dukungan kelompok Katolik setempat.
Deklarasi yang keluar pada Senin, 8 April itu juga menekankan, memiliki anak melalui ibu pengganti melanggar martabat ibu pengganti dan anak tersebut.
Paus Fransiskus pun sebelumnya menyebut itu sebagai “tercela” dan mendesak pelarangan global.
Sebagai informasi, ibu pengganti diatur dan tersebar luas di Amerika Serikat dan Kanada.
Namun ibu pengganti ilegal di banyak negara lain. Ibu pengganti merupakan salah satu cara bagi pasangan tidak subur atau sesama jenis untuk memiliki anak.
Tidak ada dugaan, teks baru tersebut, yang bernama ‘Dignitas Infinita’ (Martabat yang Tak Terbatas), dipersiapkan sebagai tanggapan langsung terhadap pertikaian mengenai pemberkatan sesama jenis.
Pasalnya, penyusunan Dignitas Infinita telah berlangsung selama lima tahun dan telah mengalami banyak revisi selama periode tersebut.
Teori Gender
Mengenai teori gender, deklarasi menyatakan bahwa “menginginkan penentuan nasib sendiri … sama dengan sebuah konsesi terhadap godaan kuno untuk menjadikan diri sendiri Tuhan.”
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa ‘setiap intervensi perubahan jenis kelamin, pada umumnya, berisiko mengancam martabat unik seseorang yang telah dia terimanya sejak saat pembuahan’.
New Ways Ministry, sebuah kelompok advokasi bagi umat Katolik LGBTQ, mengkritik dokumen tersebut sebagai “teologi yang sudah ketinggalan zaman”.
Hal itu akan berkontribusi pada berlanjutnya diskriminasi terhadap orang-orang non-heteroseksual.
“Vatikan kembali mendukung dan menyebarkan ide-ide yang mengarah pada kerugian fisik nyata terhadap transgender, non-biner, dan kelompok LGBTQ+ lainnya,” Direktur Eksekutif New Ways Ministry, Francis DeBernardo dalam sebuah pernyataan.
Meski demikian, Vatikan telah mencoba menjalin hubungan dengan kaum transgender. Kaum ini telah mendapatkan izin dari Vatikan untuk dibaptis dan menjadi wali baptis.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"