KONTEKS.CO.ID – Kehidupan manusia purba yang bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan cara berburu dan meramu disebut dengan food gathering. Pola kehidupan food gathering sudah terjadi sejak zaman manusia purba atau masa Paleolitikum dan Mesolitikum..
Hal ini yang menyebabkan manusia purba berpindah-pindah tempat (nomaden) dengan mencari tempat yang cukup banyak menyediakan bahan makanan dan air. Sehingga kebanyakan manusia purba ini akan tinggal pada daerah yang dekat dengan danau atau sungai.
Food Gathering Masa Purba
Perburuan hewan sebagai bahan makanan pada masa food gathering ini menggunakan teknologi sederhana yang berasal dari kayu, tulang, ataupun batu seperti kapak berimbas.
Pada saat berburu perlu adanya kerja sama yang kuat antara manusia purba satu dengan yang lainnya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil. Satu kelompok biasanya terdiri dari 10 – 15 orang.
Hewan yang menjadi target perburuan mereka yaitu hewan yang berukuran besar seperti gajah, babi, sapi ataupun kerbau. Sedangkan pada manusia purba yang tinggal di sungai ataupun pantai akan mencari makan dengan berburu ikan menggunakan ujung tombak kecil.
Hal ini diketahui dari adanya penemuan perkakas berukuran kecil seperti tombak kecil, kapak kecil, dan mata panah.
Dengan demikian dapat membuktikan bahwa manusia pada jaman purba juga tidak hanya melakukan perburuan hewan berukuran besar secara berkelompok, tetapi juga memburu hewan–hewan kecil secara individu menggunakan alat perkakas tersebut.
Setelah itu, hasil perburuan yang di dapatkan saat berkelompok akan di bagi secara rata pada semua anggota berburu.
Apabila berburu dilakukan oleh laki-laki, sementara perempuan akan mencari makanan dengan cara meramu contohnya berupa umbi-umbian, buah, keladi, ataupun biji-bijian.
Adapun manfaat food gathering bagi manusia purba yaitu manusia purba mengambil makanan dari sumber daya alam yang sudah tersedia.
Manusia purba yang tinggal di hutan untuk menghindari serangan hewan buas akan hidup berkelompok dengan manusia purba lainnya. Ada pula manusia purba yang tinggal di gua, serta membuat rumah pada pohon – pohon besar yang ada.
Manusia yang tinggal di gua di sebut dengan Caveman, ia cenderung pasif dan berpasrah pada keadaan dengan bergantung pada kebaikan sumber alam yang ada. Kehidupan manusia gua ditandai dari peninggalan berupa lukisan yang indah pada dinding–dinding gua.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"