KONTEKS.CO.ID – Mantan narapidana teroris (napiter) bisa berubah. Ini dibuktikan oleh Ali Fauzi, mantan napiter yang berhasil menyelesaikan sidang disertasi di Kampus Putih UMM, pada 17 Januari lalu.
Gelar doktor-nya diraih di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang memang terbuka menerima siapapun untuk menimba ilmu.
Mantan napi teroris yang mengambil jurusan doktoral pendidikan Islam itu mengkaji “Edukasi Moderasi Beragama Bagi Para Mantan Napiter” dalam tugas akhirnya.
Ali memang berfokus pada subjek eks napiter. Mulai dari proses perekrutan, radikalisasi, hingga aksi berupa penembakan dan pengeboman.
Dia menilai pemahaman Islam mereka pada teks yang tidak sesuai dengan konteks Indonesia telah menenggelamkan ke gerakan radikal fundamental yang berujung pada terorisme.
“Namun kini para napiter telah menyadari kesalahan mereka yang telah melakukan tindakan merugikan pihak lain dan mengakhirinya,” tuturnya, dilansir laman muhammadiyah.or.id, Kamis, 19 Januari 2023.
Menurut Ali, moderasi beragama membuat mereka membuka pikiran dan sadar. Terutama akan hak-hak orang lain yang berbeda pemahaman maupun agama di Indonesia. Pemaknaan Islam secara moderat dan humanis menenangkan batin bagi kehidupan mantan napiter.
Menariknya, Ali juga memiliki yayasan yang bernama Yayasan Lingkar Perdamaian. Yayasan ini bertujuan untuk membawa pulang mantan napiter ke NKRI, memberikan pembinaan di lapas, serta memberdayakan mereka melalui pelatihan life skill.
Bahkan juga memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anaknya dan juga para janda yang ditinggal suaminya.
Terkait Kampus Putih, dia menilai UMM merupakan universitas Islam yang memberikan kesejukan. Hal itu tak lepas dari paham Islam UMM yang berwawasan tamaddun, wasathiyah, dan moderat.
Sementara, Prof Akhsanul In’am, selaku Direktur Program Pascasarjana UMM mengapresiasi disertasi yang disusun oleh Ali Fauzi. Hal itu tak lepas dari pembahasan terkait moderasi beragama.
Baginya, kajian tersebut sangat penting untuk dibahas serta dibagikan ke masyarakat. “Dalam beragama, sebisa mungkin kita menjadi orang baik dengan tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan,” jelasnya.
In’am menyampaikan, UMM selalu memberi kesempatan bagi siapapun untuk belajar dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Tak terkecuali mantan napi teroris seperti Ali Fauzi. Sebab, UMM dapat memberi wawasan yang luas dan pengetahuan sesungguhnya dalam beragama.
“Seperti kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Pak Haedar Nashir, bahwa kita harus mengambil jalan tengah. Tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan,” tegasnya.
Selain Ali, sebelumnya ada mahasiswa nonmuslim dari Australia yang mengambil S3 di Pendidikan Agama Islam. Hal itu membuktikan tingkat inklusivitas UMM yang tinggi.
Itu juga upaya Kampus Putih untuk menyiarkan masyarakat bahwa Islam yang diajarkan merupakan Islam yang menyejukkan.
“Sekarang Pak Fauzi bergelut di Muhammadiyah dan dapat aroma parfumnya. Kalau dulu bergelut dengan pandai besi dan kena percikan api, sekarang dapat bau parfum, terutama dari UMM. Jadi, siapapun boleh belajar Islam di sini, selama niatnya adalah berubah menjadi lebih baik,” pungkas In’am. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"