KONTEKS.CO.ID – Kabar baik, pada penghujung tahun 2022 ini, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mengukir prestasi. Adalah Anastasia Wheni Indrianingsih, peraih L’Oréal-UNESCO Women in Science 2022.
Penghargaan L’Oréal-UNESCO Women in Science 2022 pada kategori Non-Life Science, yang diterima Kamis, 10 November 2022 lalu. Semuala When mengajukan proposal risetnya yang berjudul Development of Antibacterial Aerogels from Silver-Bacterial Cellulose-Clitoria ternatea Composite for Fresh Food Preservation.
Risetnya tentang pembuatan komposit aerogel dari nanopartikel perak, bioselulosa, dan ekstrak bunga telang sebagai bantalan penyerap untuk pengawetan bahan pangan segar.
Wheni terinspirasi dari tren pola konsumsi masyarakat terhadap makanan segar seperti daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan yang kian diminati. Rasanya yang enak dan nutrisi yang bagus, menjadikan makanan segar banyak dipilih orang.
Akan tetapi, ia menyadari bahwa masa simpan makanan segar tersebut sangatlah pendek. Hal itu dikarenakan tingginya kadar air dan nutrisi yang dikandung.
“Ini tentu menimbulkan banyak kerugian jika makanan segar cepat basi, bahkan sebelum sampai ke tangan konsumen,” ujar doktor lulusan Ehime University, Jepang dalam keterangan yang dikutip pada Jumat, 18 November 2022.
Dalam kemasan pangan segar, biasanya terdapat suatu bahan penyerap yang dapat mengontrol kadar air dalam sampel makanan. Namun bahan penyerap bantalan tersebut umumnya terbuat dari polimer yang disintesis secara kimia seperti polietilen. Bahan tersebut tidak ramah lingkungan karena sulit untuk didegradasi setelah dibuang.
Riset yang dilakukan Wheni ini berupaya untuk beralih ke teknologi yang lebih hijau, non-toxic, biodegradable, dan mengandung agen bioaktif dari alam untuk kemasan makanan berkelanjutan. Salah satunya berupa biodegradable aerogel.
Adapun outputnya adalah tercipta suatu aerogel pad yang dapat diletakkan di dalam kemasan bahan pangan segar. Aerogel pad tersebut bersifat antibakteri dan dapat mendeteksi kerusakan bahan pangan segar dari perubahan warna yang dihasilkan.
Melalui ide risetnya, aerogel pad ini diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dari bahan pangan segar. Risetnya juga memanfaatkan biodiversitas yang ada di Indonesia. Wheni memakai ekstrak bunga telang sebagai sumber antioksidan dan detektor pH, serta limbah air kelapa untuk pembuatan bioselulosa.
Ia memilih ekstrak bunga telang sebagai instrumen risetnya sebab bunga ini memiliki keistimewaan. Selain memiliki aktivitas antioksidan, bunga telang juga memiliki antosianin yang dapat berubah warna mengikuti pH. Pada pH rendah akan berwarna pink-merah, ph netral berwarna biru, dan ph tinggi berwarna hijau-kuning.
Dengan adanya perubahan pH bahan pangan segar tersebut, maka aerogel pad juga dapat berubah warna. Dari indikator ini ia dapat mendeteksi tingkat kerusakan bahan makanan segar.
Dengan memanfaatkan kekayaan biodiversitas yang ada di Indonesia, Wheni optimis bahwa prospek riset Indonesia akan bagus ke depannya. Ia berharap kepada para periset untuk dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal yang ada di Indonesia guna mengatasi masalah di kehidupan sehari-hari.
Selama 16 tahun berkarier sebagai periset pangan di BRIN, bukan kali ini saja Wheni menorehkan prestasi. Setidaknya namanya pernah tercatat sebagai penerima penghargaan 110 karya inovasi teratas paling prospektif dari Business Innovation Center Indonesia tahun 2018 silam. Di tahun 2022 ini, ia juga memperoleh beasiswa studi postdoctoral dari Fulbright-Aminef Grant di Colorado State University, USA.
Produktivitas Wheni juga terbukti menghasilkan empat paten. Di antaranya yaitu pembuatan pembalut luka berbahan selulosa bakterial berbahan dasar impregnasi perak (Ag) dan proses manufaktur (2021), pemanfaatan bioselulosa untuk masker wajah dan proses pembuatannya (2017), pembuatan sediaan kitosan-karboksimetil selulosa terkontrol (2020), serta pembuatan kemasan biodegradable dari komposit selulosa bakterial-ekstrak tumbuhan (2020).
Terakhir, ia berpesan bagi para periset muda untuk memilih satu bidang keilmuan yang sesuai dengan minat dan konsisten untuk mendalaminya. Menurutnya, itulah bekal utamanya dalam berkarier secara produktif sebagai periset BRIN.
“Tetap semangat berjuang, belajar, bekerja untuk dapat memecahkan segala permasalahan dalam pekerjaan, dan selalu tertantang dalam menghadapi segala peliknya lika-liku dunia penelitian,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, L’Oréal Indonesia bersama UNESCO serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar program L’Oréal-UNESCO for Women in Science (FWIS) setiap tahunnya. Programnya berupa pemberian dana penelitian untuk empat peneliti wanita muda berpendidikan S3/PhD atau sedang menempuh studi S3/PhD bidang Life Science dan Non-Life Science.
Program ini diselenggarakan dalam rangka mencari kandidat dari Indonesia untuk berkompetisi dalam Rising Talents L’Oréal – UNESCO for Women in Science International Fellowship.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"