KONTEKS.CO.ID – Di Maluku, sebuah tradisi unik warisan turun-temurun yang masih terus lestari setiap tahunnya setelah perayaan Idul Fitri tepatnya pada 7 syawal.
Tradisi yang terkenal sebagai Pukul Manyapu merupakan suatu ritual dengan melibatkan pemuda dari dua kelompok yang saling memukul menggunakan sapu lidi. Uniknya bukan untuk saling menyakiti, melainkan dengan semangat yang penuh kebersamaan dan persaudaraan.
Pukul Manyapu biasanya terlaksana di dua desa, yaitu Desa Mamala dan Desa Morella, yang terletak di Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah.
Tradisi ini memiliki makna penting bagi masyarakat setempat sebagai simbol perjuangan, persatuan, serta merayakan keberhasilan pembangunan Masjid Mamala yang selesai pada tanggal 7 Syawal abad ke-17.
Sebelum Pukul Manyapu mulai, para peserta yang terdiri dari 10 orang pemuda menjalani serangkaian ritual persiapan.
Mereka mengenakan pakaian khusus, yaitu celana merah untuk kelompok satu dan celana hijau untuk kelompok dua, serta menggunakan kain berang sebagai ikat kepala untuk menutupi bagian telinga. Seluruh peserta harus bertelanjang dada sebagai bagian dari tradisi ini.
Peralatan yang mereka gunakan adalah sapu lidi yang terbuat dari daun enau yang panjangnya mencapai 1,5 meter.
Sapu lidi ini memiliki karakteristik yang kuat namun fleksibel, bahkan dapat menyebabkan luka sayatan jika menggunakannya dengan kuat.
Luka memar bahkan berdarah dari para peserta nantinya akan segera mereka obati dengan minyak tradisional penduduk sekitar.
Minyak oles ini terkenal mujarab untuk menghilangkan luka sabetan lidi dengan cepat tak berbekas bernama nyualaing matetu atau minyak tasala. Namun, dalam tradisi ini, penggunaan sapu lidi tidak bermaksud untuk menyakiti lawan, melainkan sebagai simbol keberanian dan semangat.
Saat memulai ritual, dua kelompok pemuda akan berdiri berhadapan di tengah lapangan. Salah satu akan meniup suling sebagai penanda mulainya atraksi, dan obor Kapitan Telukabessy akan menyala sebagai lambang keberanian dan semangat.
Selanjutnya para peserta akan saling memukul lawan satu sama lain dengan sapu lidi secara bergantian. Namun, aturan yang berlaku adalah hanya bagian dada hingga perut yang boleh dipukul, dan peserta harus mengangkat tangan sebagai tanda kesiapan menerima pukulan.
Hal yang menarik dalam Pukul Manyapu adalah semangat kebersamaan dan persaudaraan yang terpancar dari setiap gerakan peserta.
Meskipun mereka saling memukul dengan sapu lidi, tidak ada upaya untuk menghindari atau melawan lawan. Sebaliknya, peserta menerima pukulan dengan sikap pasrah dan tetap bersemangat dalam menghadapi tantangan.
Tradisi Pukul Manyapu setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri ini memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Maluku. Selain sebagai simbol perjuangan dan persatuan, tradisi ini juga mencerminkan keberagaman dan kebhinekaan yang ada di Maluku.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"