KONTEKS.CO.ID — Bayi tabung, atau in vitro fertilization (IVF), adalah penanganan medis dalam membantu pasangan yang mengalami hambatan untuk mendapatkan keturunan melalui cara seksual biasa.
Cara melakukan proses ini dengan mengambil sel telur dari ovarium wanita dan mencampurnya dengan sperma di laboratorium untuk menciptakan embrio-embrio calon bayi.
Dokter akan memilih embrio-embrio yang paling berkualitas hingga kemudian mentransfernya ke dalam rahim agar bisa tumbuh dan berkembang.
Pada umumnya pasangan suami istri yang memilih program bayi tabung adalah mereka yang memiliki hambatan untuk mendapatkan keturunan dengan cara seksual.
Beberapa kondisi umum yang memerlukan penanganan dengan bayi tabung adalah sebagai berikut:
- Sperma suami kurang berkualitas;
- Masalah kesuburan pada istri;
- Sedikitnya sel telur berkualitas pada istri;
- Masalah struktural reproduksi salah satunya seperti saluran tuba tersumbat,;
- Gangguan jaringan rahim yang menyebabkan infertilitas;
- Tidak subur tanpa penyebab yang jelas;
- Sering mengalami keguguran;
- Serta gangguan hormone sindrom polikistik ovarium yang menyebabkan ovarium membesar dengan kista kecil di bagian luar.
Meski bayi tabung dapat membantu pasangan yang mengalami hambatan untuk mendapatkan keturunan, namun perlu Anda ketahui bahwa biaya bayi tabung cukup mahal.
Oleh karena itu, tidak semua pasangan dapat menggunakan metode ini sebagai opsi terakhir.
Sebelum melakukan proses bayi tabung, pasangan suami istri akan menjalani serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu.
Salah satunya untuk menentukan seberapa besar peluang kehamilan dengan hubungan seksual biasa sebelum menggunakan metode ini.
Apabila peluang kehamilan yang muncul kecil, maka opsi terakhirnya adalah bayi tabung.
Setelah melakukan program bayi tabung, biasanya bayi yang lahir akan memiliki beberapa perbedaan dengan bayi dari proses hubungan seksual biasa.
Perbedaan yang nampak terletak pada proses pembuahan di dalam rahim. Selain itu, bayi yang lahir dari hasil program ini biasanya memiliki bobot lebih rendah dan cenderung prematur.
Oleh sebab itulah, perlu persiapan melahirkan yang matang untuk menghindari adanya risiko kesehatan yang menyertai bayi yang lahir prematur.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"