KONTEKS.CO.ID – Pada masa perkembangan anak, terkadang mereka dapat menunjukkan perilaku yang sulit dipahami oleh orang tua. Salah satu perilaku yang sering dihadapi adalah tantrum dan meltdown.
Meskipun kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, sebenarnya terdapat perbedaan antara tantrum dan meltdown pada anak.
Memahami perbedaan ini dapat membantu orang tua dalam mengatasi dan merespon dengan tepat saat anak mengalami situasi yang sulit. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan tantrum dan meltdown pada anak serta memberikan panduan untuk orang tua.
Pengertian Tantrum dan Meltdown
Sebelum masuk ke perbedaan antara tantrum dan meltdown, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan masing-masing istilah ini. Tantrum adalah sebuah reaksi emosional yang terjadi ketika anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Tantrum biasanya melibatkan tangis, teriakan, mengguling-gulingkan tubuh, dan mungkin juga melibatkan perilaku agresif seperti menendang atau menggigit.
Meltdown adalah respons yang lebih intens dan umumnya terjadi ketika anak merasa terlalu kewalahan secara emosional atau sensorik. Pada saat ini, anak mungkin kehilangan kendali diri, menangis keras, berteriak, merasa takut, atau bahkan cenderung menghindari kontak mata.
Perbedaan Tantrum dan Meltdown
Perbedaan pertama antara tantrum dan meltdown terletak pada penyebabnya. Tantrum biasanya muncul karena anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, seperti mainan atau perhatian orang tua.
Anak cenderung menggunakan tantrum sebagai cara untuk mengungkapkan kekecewaan dan frustrasi mereka. Di sisi lain, meltdown cenderung terjadi ketika anak merasa terlalu kewalahan oleh rangsangan atau situasi tertentu. Meltdown dapat dipicu oleh kelebihan sensorik, misalnya suara yang terlalu keras atau cahaya yang terlalu terang, dan anak sulit untuk mengontrol atau mengatur emosi mereka.
Perbedaan lainnya adalah intensitas dan durasi dari kedua perilaku tersebut. Tantrum umumnya bersifat lebih pendek dan dapat mereda dengan relatif cepat setelah anak mendapatkan apa yang mereka inginkan atau jika situasi yang memicu tantrum berakhir.
Sementara itu, meltdown memiliki tingkat intensitas yang lebih tinggi dan biasanya berlangsung lebih lama. Anak mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih dari meltdown dan kembali ke keadaan yang tenang.
Cara Orang Tua Menangani
Ketika menghadapi tantrum atau meltdown anak, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu meredakan situasi dan mendukung perkembangan anak.
Pertama, penting untuk tetap tenang dan terkendali saat anak sedang mengalami tantrum atau meltdown. Reaksi yang emosional atau tergesa-gesa dari orang tua dapat memperburuk situasi dan membuat anak sulit untuk tenang.
Selanjutnya, orang tua dapat mencoba untuk memahami penyebab di balik perilaku anak. Jika tantrum terjadi karena anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, penting untuk mengajarkan kepada mereka cara yang lebih efektif untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan mereka.
Dalam kasus meltdown, membantu anak menemukan lingkungan yang tenang dan memberikan dukungan sensorik yang sesuai, seperti meminimalkan rangsangan yang berlebihan.
Dalam menjalani perjalanan orang tua, penting untuk memahami perbedaan antara tantrum dan meltdown pada anak. Tantrum adalah respons emosional ketika anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, sedangkan meltdown terjadi ketika anak merasa terlalu kewalahan oleh rangsangan atau situasi tertentu.
Memahami perbedaan ini dapat membantu orang tua merespon dengan tepat dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk anak.
Dengan tetap tenang, mencoba memahami penyebab, dan memberikan dukungan yang sesuai, orang tua dapat membantu anak mengembangkan keterampilan emosional dan mengatasi tantangan dalam hidup mereka.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"