KONTEKS.CO.ID – Di era media sosial yang serba viral dan tren yang berkembang pesat, frasa pick me telah menjadi fenomena yang semakin populer di platform media sosial seperti Twitter, Instagram, TikTok, dan sebagainya.
Pick me bisa berarti ‘pilih saya’ dalam Bahasa Indonesia. Frasa ini digunakan oleh individu yang ingin menarik perhatian orang lain, terutama dalam konteks hubungan atau interaksi sosial.
Istilah pick me punya konotasi negatif karena menggambarkan seseorang yang bersedia melakukan apapun demi mendapatkan persetujuan atau pujian dari orang lain.
Secara umum, seseorang yang menggunakan frasa pick me berusaha menonjolkan diri dengan menampilkan diri sebagai individu yang berbeda dari yang lain. Harapannya agar orang lain akan memilihnya atau memberikan pengakuan.
Mereka mungkin menyajikan diri mereka sebagai orang yang paling ramah, paling pengertian, paling setia. Atau bisa juga memiliki sifat-sifat menarik lainnya dalam upaya untuk menarik perhatian dan mendapatkan apresiasi.
Pendek kata, pick me bisa berarti sikap yang tidak otentik, manipulatif, atau berusaha terlalu keras untuk mendapatkan pengakuan.
Seseorang yang secara berlebihan menggunakan frasa ini dapat terlihat mempermainkan diri mereka sendiri atau mengorbankan nilai-nilai dan kepentingan pribadi demi mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain.
Fenomena pick me juga sering kali terkait dengan isu-isu gender.
Di lingkungan yang memperjuangkan kesetaraan dan feminisme, istilah pick me bisa untuk menggambarkan individu yang berusaha mendapatkan pengakuan dari pria. Caranya bisa dengan memperkuat atau mengamini stereotip tradisional tentang perempuan.
Mereka berusaha menonjolkan diri dengan menekankan bahwa mereka berbeda dari perempuan lain dan lebih cocok untuk menjadi pilihan bagi pria.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan frasa pick me dapat bervariasi tergantung pada konteks dan niat pengguna.
Bagi sebagian kalangan mungkin menggunakan istilah ini dengan cara yang lucu atau sebagai lelucon. Sementara yang lain menggunakannya untuk mengkritik perilaku manipulatif atau ketidakotentikan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"