KONTEKS.CO.ID – Cardiac arrest, atau yang juga dikenal sebagai kematian jantung mendadak adalah kondisi kritis di mana detak jantung seseorang berhenti berfungsi secara tiba-tiba dan tidak terduga.
Keadaan ini terjadi ketika impuls listrik yang mengatur irama jantung mengalami gangguan, menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
Ketika kondisi ini terjadi, darah tidak dapat dipompa dengan efisien oleh jantung ke seluruh tubuh, menyebabkan berhentinya pasokan oksigen ke organ-organ vital. Jika tidak ditangani dengan cepat, cardiac arrest dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit.
Mekanisme Detak Jantung dan Gangguan Ritmik
Detak jantung normal dikontrol oleh impuls listrik yang berasal dari nodus sinoatrial (SA) di atriurnya. SA node ini dijuluki “pacemaker alami” tubuh karena kemampuannya untuk memicu impuls listrik secara teratur, mengatur ritme jantung normal, yaitu sekitar 60-100 kali per menit pada orang dewasa.
Impuls listrik ini menyebar melalui serabut otot jantung, menyebabkan atrium berkontraksi sebelum menyebar ke nodus atrioventrikular (AV).
Selanjutnya, impuls ini melalui serabut otot AV menuju ventrikel, menyebabkan ventrikel berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh.
Namun, berbagai kondisi medis, termasuk gangguan elektrik atau struktural pada jantung, dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme detak jantung normal.
Gangguan ini dapat berupa aritmia, di mana detak jantung menjadi terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak teratur (aritmia ventrikel).
Penyebab Cardiac Arrest
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cardiac arrest meliputi:
Serangan Jantung (Infark Miokard): Terjadi ketika suplai darah ke sebagian jantung terganggu, menyebabkan kerusakan jaringan jantung. Ini dapat mempengaruhi fungsi listrik jantung dan menyebabkan aritmia.
Gagal Jantung: Saat jantung tidak dapat memompa darah dengan cukup efisien, beban kerja yang berlebihan pada jantung dapat menyebabkan aritmia dan cardiac arrest.
Gangguan Elektrolit: Ketidakseimbangan elektrolit seperti kadar kalium yang tidak normal dapat mempengaruhi impuls listrik di jantung.
Gangguan Katup Jantung: Gangguan pada katup jantung bisa menyebabkan aliran darah yang tidak lancar, mengganggu irama jantung normal.
Kardiomiopati: Kondisi di mana otot jantung melemah atau mengalami perubahan struktural, yang dapat menyebabkan aritmia.
Overdosis Obat-obatan: Beberapa obat dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berpotensi fatal.
Cedera Jantung: Misalnya, kecelakaan mobil yang parah atau benturan fisik yang mengakibatkan trauma pada dada dapat mempengaruhi fungsi jantung.
Tanda dan Gejala Cardiac Arrest
Penyakit ini biasanya terjadi tanpa peringatan dan dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan kesadaran, tidak responsif, tidak bernapas, dan tidak ada denyut nadi.
Jika seseorang mengalaminya, tindakan segera diperlukan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Penanganan Cardiac Arrest
Penanganan penyakit harus dilakukan segera, dengan mengikuti langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang mencakup kompresi dada dan pemberian napas buatan.
Pemberian defibrilator segera juga sangat penting untuk mengembalikan irama jantung yang normal.
Pencegahan Cardiac Arrest
Beberapa langkah pencegahan cardiac arrest meliputi mengadopsi gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, mengelola stres, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan yang sehat.
Jika seseorang memiliki kondisi medis yang meningkatkan risikonya, seperti penyakit jantung atau gangguan irama jantung, maka pengobatan dan pengelolaan yang tepat harus diikuti sesuai petunjuk dokter.
Upaya pencegahan melalui gaya hidup sehat juga dapat membantu mengurangi risiko terjadinya cardiac arrest.
Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala cardiac arrest, segera hubungi layanan darurat untuk bantuan medis segera. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"