KONTEKS.CO.ID – Denmark terkenal karena “Putri Duyung Kecil” dan LEGO, bahkan telah terpilih sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia selama lebih dari 40 tahun berturut-turut.
Namun tingkat perceraian di Denmark sangat tinggi.
Mengutip dari laman thedanishway, menurut Statistik Denmark, 54% dari semua pasangan Denmark yang menikah bercerai pada tahun 2014.
Itu adalah jumlah perceraian tertinggi sepanjang sejarah Denmark. Tahun lalu angka itu turun menjadi 46%, penurunan sebesar 17% dibandingkan dengan tahun 2014.
Undang-undang Perceraian Denmark
Pada 1 April 2019 Denmark memberlakukan undang-undang perceraian yang baru. Orang tua dengan anak di bawah usia 18 tahun yang ingin mengakhiri pernikahan mereka harus mengikuti kursus online selama 30 menit.
Kursus online ini hadir untuk membantu orang tua dan anak-anak mereka beradaptasi sebaik mungkin.
Kursus ini dirancang sebagai bantuan untuk meningkatkan komunikasi dan menghindari beberapa kesalahan umum yang dapat muncul ketika sebuah keluarga berantakan.
Jika orang tua gagal menyelesaikan kursus dalam jangka waktu tiga bulan, mereka tetap menikah. Meskipun masih terlalu dini untuk melihat efek dari kursus ini, gagasan memahami reaksi anak-anak sambil mendapatkan saran mengelola konflik dan komunikasi adalah hal positif.
Peran Konseling dan Layanan Sosial Denmark
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, anak-anak hampir selalu mengalami kebingungan dan kesedihan.
Banyak organisasi di Denmark, bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang terabaikan, dan menawarkan layanan konseling gratis dan anonim serta layanan lainnya.
Mereka menganjurkan agar orang tua menjaga konflik internal mereka sendiri dan memberi anak-anak ruang untuk menjadi anak-anak.
Selain layanan sosial yang tersedia, orang Denmark memiliki pandangan realistis tentang naik turunnya kehidupan.
Pendekatan otentik orang Denmark satu sama lain dan tantangan mereka membantu mereka menghadapi kenyataan – dan hal ini berlaku baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Orang Denmark tidak takut untuk menjadi jujur dan rentan, atau untuk secara terbuka menyatakan bagaimana mereka merasa.
Sehingga, pendekatan pragmatis ini membantu anak-anak membangun keterampilan penanganan masalah sehingga tantangan dalam hidup tidak akan menjatuhkan mereka.
Tingkat Perceraian Tinggi Tidak Menggoyahkan Kebahagiaan
Ternyata, Denmark adalah masyarakat yang sangat demokratis. Pria dan wanita berbagi tanggung jawab dalam mendidik anak dan mencari nafkah.
Bahkan, anak-anak terlibat dalam banyak keputusan keluarga dan mereka terbiasa dihormati sebagai individu mandiri.
Oleh karena itu, ketika orang tua berpisah, anak-anak tidak selalu mengalami perubahan rutinitas harian yang signifikan, karena kedua orang tua terus bekerja baik di rumah maupun di luar rumah. Atau dalam bahasa sederhana: kehidupan sehari-hari tetap berjalan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"