KONTEKS.CO.ID – Dalam perjalanan hidup, setiap individu mengalami fase perkembangan yang penuh dengan tantangan dan penemuan diri. Salah satu teori yang menggambarkan tahapan ini adalah Teori Identitas oleh Erik Erikson.
Teori ini mengajukan konsep bahwa setiap fase perkembangan manusia diwarnai oleh krisis yang perlu diatasi untuk mencapai identitas yang sehat dan mapan.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai Teori Identitas Erikson, menguraikan setiap tahapannya, serta menghubungkannya dengan realitas kehidupan.
Krisis dan Identitas dalam Teori Erikson
Tahap 1: Bayi (0-1 tahun)
Pada tahap ini, krisis yang dihadapi adalah “Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan”. Bayi yang merasa mendapatkan perawatan dan kasih sayang akan mengembangkan rasa kepercayaan pada dunia sekitarnya. Ini menjadi dasar penting untuk membangun identitas yang kuat di masa depan.
Tahap 2: Balita Awal (1-3 tahun)
Tahap ini melibatkan krisis “Otonomi vs. Ragu-ragu”. Balita belajar mengendalikan tubuh dan lingkungannya. Orangtua yang memberi ruang untuk eksplorasi memfasilitasi perkembangan otonomi, yang kemudian membentuk dasar identitas anak.
Tahap 3: Anak Pra-Sekolah (3-6 tahun)
Konflik antara inisiatif dan rasa bersalah menjadi salah satu tantangan signifikan yang dihadapi oleh anak-anak pada tahap perkembangan ini. Mereka mulai mengembangkan inisiatif dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penghargaan dan dukungan terhadap upaya inisiatif akan membentuk keyakinan diri dan pemahaman awal tentang identitas.
Tahap 4: Anak Sekolah (6-12 tahun)
Anak-anak menghadapi krisis ‘Komitmen vs. Keputusasaan’ ketika mereka berupaya mencari identitas dan peran mereka dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Sekolah dan teman sebaya menjadi faktor penting dalam membentuk identitas sosial. Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan sosial positif memungkinkan perkembangan identitas yang lebih jelas.
Tahap 5: Remaja (12-18 tahun)
Tahap ini dikenal dengan krisis “Identitas vs. Konfusi Peran”. Remaja mulai mencari identitas pribadi mereka melalui eksplorasi nilai, minat, dan tujuan hidup. Proses ini bisa penuh gejolak, tetapi hasilnya adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri.
Tahap 6: Awal Dewasa (18-35 tahun)
Krisis ‘Intimitas vs. Isolasi’ merefleksikan pertarungan antara usaha membangun hubungan personal yang mendalam dan rasa takut terhadap ketergantungan yang berlebihan. Melalui relasi yang sehat, individu memperluas pemahaman tentang identitas dan tanggung jawab terhadap pasangan dan keluarga.
Tahap 7: Dewasa Pertengahan (35-60 tahun)
“Dorongan Produktivitas vs. Kemacetan” adalah tantangan dalam tahap ini. Orang merenungkan apakah hidup mereka memiliki makna dan kontribusi yang berarti. Melalui pencapaian dan keberhasilan, identitas berkembang lebih lanjut.
Tahap 8: Lanjut Usia (60 tahun ke atas)
Pada tahap akhir, yaitu “Integritas vs. Keputusasaan”, muncul ketika seseorang merenungkan kembali perjalanan hidup mereka secara keseluruhan. Apakah mereka merasa puas dengan perjalanan hidup atau memiliki penyesalan yang mendalam? Menerima perjalanan hidup dengan pengertian yang lebih dalam membentuk akhir dari perjalanan identitas.
Teori Identitas Erikson memberikan pandangan yang mendalam tentang perjalanan manusia menuju pemahaman diri yang sejati. Melalui berbagai krisis yang dihadapi dalam setiap tahap perkembangan, individu secara bertahap membentuk identitas yang lebih lengkap. Memahami teori ini membuka pintu bagi peningkatan kesadaran diri dan penghargaan terhadap kompleksitas perkembangan manusia.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"