KONTEKS.CO.ID – Jika Anda penikmat fashion, jenama (brand) Louis Vuitton tak akan asing di telinga. Produk mewah plus logo monogram LV yang khas dan ikonik. Namun tidak banyak yang tahu bahwa penciptanya adalah seorang gelandangan.
Louis Vuitton adalah brand yang kini berusia 160 tahun. Untuk merayakannya, merek ini menggelar pameran di 26 Quay de la Mégisserie, 75001, Paris sejak 17 Agustus 2023.
Hingga kini, koper ikonik dengan monogram LV menjadi benda bersejarah bagi rumah mode yang berdiri sejak 1854 itu. Kini brand tersebut menjadi brand termahal dan bernilai di dunia.
Bahkan, Bernard Arnault CEO Louis Vuitton menjadi manusia terkaya di planet bumi di awal 2023 ini.
Melansir dari Bloomberg Billionaires, Bernard Arnault memiliki harta senilai USD200 miliar atau senilai Rp3.200triliun.
Kekayaan Bos LV asal Prancis yang tahun ini berusia 75 tahun itu berada di atas Elon Musk, Jeff Bezos, dan Bill Gates.
Pendapatan LV pada 2022 lalu tercatat sebesar USD83,4 miliar atau senilai Rp1.295 triliun. Hingga kini, LV menjual barang-barang seperti produk kulit, jam tangan TAG Heuer, dan sampanye Dom Perignon.
Namun, semua kekayaan tersebut adalah hasil kerja keras pencipta LV yang bernama Louis Vuitton. Nama ini justru seorang pekerja serabutan bahkan sempat menjadi gelandangan pengembara.
Louis Vuitton Berawal dari Karya Gelandangan
Louis Vuitton Malletier lahir di Prancis pada 4 Agustus 1821 di Anchay, Prancis Timur. Dia lahir dari keluarga sederhana.
Ayahnya merupakan seorang petani. Pada usia 10 tahun, ia hidup dengan ibu tiri setelah ibu kandungnya meninggal dunia. Beberapa waktu kemudian sang ayah juga meninggal dunia.
Sepeninggal kedua orang tuanya, Louis hidup miskin. Demi sesuap nasi ia merantau ke Paris saat masih berusia 13 tahun. Kala itu, Louis pantang menyerah berjalan kaki sejauh 500 km selama dua tahun untuk sampai di Paris. Selama dua tahun perjalanan itu ia hidup dari bekerja serabutan.
Tiba di Paris pada tahun 1837, Louis kembali bekerja serabutan. Bahkan sempat menjadi tunawisma dan sering berpindah-pindah tempat berlindung.
Saat itu kemiskinan memang sedang melanda kota Paris. Pengusiran gelandangan sering terjadi sehingga ia sering berpindah-pindah tempat berlindung.
Untungnya Louis mendapatkan pekerjaan lepas sebagai pembuat koper di Monsieur Marechal, sebuah perusahan koper terkenal. Ia bahkan menjadi desainer koper terbaik di perusahaan itu.
Kala itu, pada abad 19, industri koper menjadi industri terhormat. Karena koper adalah benda mahal yang bergengsi. Para bangsawan pun merasa wajib memiliki koper.
Setelah 17 tahun bekerja di perusahaan itu, Louis yang telah berusia 33 tahun menikah dengan Clemence-Emilie Parriaux yang baru berusia 17 tahun dan termasuk keluarga bangsawan Prancis.
Sejak menikah di tahun 1884, Louis memutuskan untuk membuka toko koper sendiri. Pekerjaan membuat koper selama 17 tahun sudah terpatri di otaknya.
Ia juga membuka bengkel pembuatan koper di Rue Neuves des Capucines di Paris. Toko inilah yang menjadi cikal bakal brand terkenal Louis Vuitton.
Louis Vuitton Ciptakan Koper Tahan Banting
Louis selalu berinovasi. Otaknya encer. Melihat banyak orang kesulitan membawa koper, ia menciptakan pegangan koper berbentuk bundar tahan air.
Ternyata produk buatannya viral. Usahanya pun mulai berkembang pesat. Louis pun memperluas lagi bengkel kopernya.
Louis juga gemar berinovasi. Kala itu, koper terbuat dari kulit yang super berat. Louis melihat koper kulit mudah rusak. Terutama jika para pengangkat koper menanganinya secara kasar dan juga jorok.
Louis pun menciptakan koper yang kuat, tahan banting, dan juga tahan air. Baginya, koper harus bisa melindungi barang-barang milik para bangsawan.
Pada 1885, Louis berinovasi dengan model koper bentuk balok sementara kebanyakan koper waktu itu bentuknya bulat. Menurut Louis, menumpuk beberapa koper berbentuk balok akan lebih mudah dan menghemat banyak tempat penyimpanan.
Langganan Istri Napoleon III
Louis menjelma menjadi sosok pembuat koper yang terkenal di Prancis. Tiga tahun sebelumnya yaitu pada 1852, tak kurang istri Napoleon III, yaitu permaisuri Eugine de Montijo, meminta Louis membuat koper khususnya untuknya.
Permaisuri selalu puas dengan koper buatan Louis. Ia pun mengenalkan Louis pada kalangan elite Prancis.
Akhirnya pada 1885, Louis membuka toko pertamanya di luar Prancis yaitu di London, wilayah Oxford Street. Produknya semakin terkenal. Sayangnya, plagiarisme dari para pesaing bermunculan.
Louis pun tak hilang akal. Dia menciptakan pola kanvas Damier dengan logo yang bertuliskan ‘marque. L Vuitton deposee’ atau L Vuitton’ pada 1888. Ini menjadi ciri khas produk LV sampai sekarang.
Usahanya terus berkembang pesat. Hingga pada 1892, Louis Vuitton meninggal dunia. Anaknya, George Vuitton, mengambil alih bisnis tersebut.
Bisnis Turun Temurun
Sang putra yang sejak kecil sering ikut Louis di bengkel juga memiliki otak yang cerdas. Lalu George mengekspansi bisnis fashion Louis Vuitton ke berbagai negara.
George juga rajin memamerkan produk Louis Vuitton di berbagai pameran. Dia tak lelah keliling dunia untuk memamerkan produknya, misalnya di Chicago, Amerika Serikat pada 1893.
Namun, peniru produk LV semakin gencar. George pun mematenkan logo Louis Vuitton dan desain monogram kanvas dengan model klasik lingkaran, bunga, dan berlian. Secara terbuka ia merilis logo tersebut sehingga pihak lain tak lagi bisa memalsukan produknya.
Di tangan George Vuitton, perkembangan LV semakin mendunia. Di Paris, George membangun Louis Vuitton Building di kawasan mewah Champs-Élysées. Hingga kini toko tersebut menjadi toko penyedia kebutuhan paling ikonik di Paris.
Merek ini pun mulai membuka berbagai toko di banyak negara.
Sepeninggal George, Gaston Vuitton mengambil alih bisnis tersebut dari sang ayah.
Gaston Vuitton membuat LV semakin meluas. Dia pun meluncurkan berbagai produk fashion selain koper. Mulai dari baju, tas, sepatu, jas, parfum, dan berbagai aksesoris. Ini menjadikan LV tidak hanya sebagai merek koper, namun sudah menjadi brand lifestyle.Â
Gaston memiliki prinsip bahwa setiap musim, LV harus mengeluarkan produk terbaru tapi terbatas.
Produk LV harus eksklusif. Hingga pada 2011, LV menjadi brand nomor satu dari 10 brand paling besar dan terkenal di dunia.
Keluarga Vuitton Retak
Namun di masa kepemimpinan Gaston, keluarga Vuitton mengalami keretakan. Ini menyebabkan kerajaan bisnis LV beralih ke pihak lain.
Musababnya, tiga anak Gaston tidak pernah kompak dalam hal keputusan bisnis. Akhirnya setelah Gaston meninggal dunia pada 1970, kepemimpinan LV jatuh ke menantunya yaitu Henry Racamier.
Walaupun kerajaan bisnis jatuh ke tangan sang ipar, ternyata keputusan ini berubah manis. Di tangan Henry, LV berkembang semakin pesat menjadi perusahaan internasional yang menjual barang berkualitas tinggi.
Dalam tempo enam tahun, sejak 1978-1984, penjualan LV naik 10 kali lipat dari USD20 juta menjadi USD260 juta. Di tahun yang sama LV melantai di bursa saham.
Henry juga memutuskan merger dengan perusahaan Moet Hennessy yang merupakan produsen minuman mahal di Prancis.
Dengan merger ini, LV menjadi grup bisnis barang mewah bernama Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH).
Masuknya Bernard Arnault
Dari penggabungan grup bisnis inilah nama Bernard Arnault yang kini jadi orang terkaya di dunia bergabung ke kerajaan Louis Vuitton.
Keputusan merger ini membuat kekuasaan perusahaan terpecah ke banyak pihak yang punya kepentingan berbeda.
Bernard Arnault memanfaatkan kondisi ini untuk melobi para petinggi LVMH untuk mendukung pengaruhnya. Bersamaan dengan itu Bernard terus mengakumulasi saham LVMH.
Setelah bertahun-tahun, akhirnya pada 1989 Bernard menguasai 45% saham LVMH. Dengan saham sebesar itu, Bernard pun menjadi CEO LVMH menggantikan Henry Racamier.
Di tangan Arnault, LVMH banyak mengambil keputusan krusial, seperti mem-PHK ribuan pekerja agar bisa terus mencaplok porsi saham di produk kompetitor seperti Dior, Bvlgari, Fendi, Marc Jacobs, dan lain-lain.
Kini LV bertransformasi dari bengkel koper di Paris menjadi brand kelas dunia dan kerajaan fesyen termahal yang selalu diasosiasikan sebagai barang mewah simbol status sosial.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"