KONTEKS.CO.ID – Overprotektif merupakan istilah yang populer dan banyak digunakan dalam suatu hubungan. Terutama hubungan dengan pasangan atau orang tua dengan anak.
Kata atau kalimat Overprotektif berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah terlalu melindungi.
Seperti yang sudah kamu ketahui, segala sesuatu yang berlebihan bisa menimbulkan dampak yang tidak baik, termasuk sikap melindungi ini.
Bila kamu terlalu melindungi pasangan atau anak, bukan tidak mungkin mereka akan merasa terkekang dan tidak nyaman. Yuk, simak ulasan mengenai overprotektif di sini!
Apa Itu Overprotektif?
Overprotektif merupakan sikap melindungi secara berlebihan yang biasanya sering terjadi dalam hubungan romantis dan orang tua dengan anak.
Dalam hubungan romantis, overprotektif mungkin mirip dengan posesif. Seseorang biasanya bersikap seperti ini karena rasa sayang yang terlalu berlebihan (obsesi).
Mereka ingin menjaga pasangan mereka semaksimal mungkin, tapi seringkali berujung mengekang dan membatasi pergerakan pasangan mereka.
Akhirnya mereka terliputi rasa tidak aman dan itulah mengapa mereka tidak bisa menunjukkan rasa percaya pada pasangannya.
Itulah sebabnya mereka ingin bersama pasangan mereka sepanjang waktu dan mengetahui setiap pergerakan pasangan 24 jam.
Sementara pola asuh yang overprotektif berarti melindungi anak dari kesedihan, kegagalan, bahaya, rasa sakit, penolakan, frustrasi, tantangan, kebencian, dan emosi negatif lainnya.
Orang tua dengan pola asuh ini menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, sehingga seringkali membantu anak dengan berbagai cara untuk berhasil dan sangat mendominasi pengambilan keputusan demi anak mereka.
Namun, cara tersebut justru akan membuat anak tidak mampu untuk hidup mandiri dan menghadapi tantangan-tantangan.
Ciri-Ciri Overprotektif dalam Hubungan Romantis dan Parenting
Berikut adalah beberapa ciri pasangan yang overprotektif:
1. Mereka mengungkapkan cinta yang terdalam terlalu cepat
Alih-alih menunggu untuk melihat ke mana arah hubungan, pasangan overprotektif akan menyatakan cintanya yang mendalam sejak dini.
Tidak hanya itu, ia juga akan mendorong kamu untuk membuat pernyataan komitmen yang sama.
Ia mungkin akan menyanjung kamu dengan mengatakan bagaimana kamu membuat hidupnya jauh lebih baik dan memaksa kamu untuk mencoba dan merasakan hal yang sama.
2. Cemburuan dan sering menginterogasi
Orang dengan sikap berlebihan ini juga berpikir bahwa semua orang menyukai kamu dan kamu mungkin menggoda orang lain.
Mereka merasa tidak aman, itulah sebabnya mereka selalu menanyakan pertanyaan, seperti “kamu di mana? Sama siapa? Dan apa yang kamu lakukan?”
Bila ia mendengar kamu berbicara mengenai teman lawan jenis atau seseorang yang mereka anggap saingan, mereka menjadi sangat marah dan membuat keributan besar.
3. Melarang untuk berteman dengan lawan jenis
Ciri lain pasangan yang overprotektif adalah mereka tidak ingin kamu bergaul dengan teman-teman, karena mereka ingin kamu hanya fokus dan untuk diri mereka saja.
Mereka akan mengisolasi kamu dari teman-teman kamu, terutama lawan jenis.
4. Mengatur apa yang boleh dan tidak boleh kenakan
Pasangan yang terlalu protektif juga akan mengatur apa yang kamu kenakan.
Mereka tidak ingin orang-orang di sekitar kamu memerhatikan kamu dan itulah mengapa mereka lebih suka kamu berpakaian tertutup dan konservatif.
5. Mengikuti ke mana saja
Pasangan yang overprotektif juga menganggap bahwa kamu hanya aman bila ada mereka.
Itulah mengapa mereka ingin bersama kamu sepanjang waktu, dan bahkan ingin ikut ke manapun kamu pergi.
Sedangkan orang tua yang terlalu protektif bisa terlihat dari ciri-ciri ini:
- Mengontrol pilihan anak. Bila kamu terus-menerus membuat keputusan besar dan kecil untuk anak tanpa membiarkan mereka memikirkan sendiri pilihannya, kamu mungkin adalah orang tua yang overprotektif.
- Melindungi anak dari kegagalan. Kamu mungkin tergoda untuk “menyelamatkan” anak dari rasa sedih saat mereka mendapatkan nilai yang buruk, atau sangat marah ketika anak ditolak di suatu tempat atau gagal masuk ke sekolah impian, dan lain-lain.
- Sangat takut anak cedera. Ingin melindungi anak dari bahaya tentu wajar. Namun, melindungi anak secara berlebihan bisa menjadi ciri orang tua over protektif. Misalnya, melarang anak ikut tamasya sekolah karena takut terjadi sesuatu, melarang anak bermain di luar dengan teman-temannya, dan lain-lain.
Cara Mengatasi Sikap Overprotektif
Karena segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, tidak terkecuali overprotektif, sikap ini tentu harus diubah. Komunikasi adalah kuncinya dalam mengatasi sikap melindungi yang berlebihan ini.
Bicarakanlah pada pasangan mengenai ketidaknyamanan yang kamu rasakan karena sikap overprotektif mereka. Tanyakan juga apa yang membuat pasangan khawatir atau takut, apakah pernah ada trauma di masa lalu.
Selain itu, berikut tips lainnya untuk menghadapi pasangan overprotektif:
- Tetapkan aturan atau batasan untuk mengendalikan kecemburuan pasangan. Misalnya, jadwal untuk bertemu dengan pasangan hanya beberapa kali saja dalam seminggu. Dengan begitu, kamu tetap punya waktu untuk bersama dengan teman-teman atau keluarga.
- Ungkapkan rasa sayang kamu secara berkala pada pasangan. Dengan begitu, ia akan tahu bahwa kamu menyayanginya dan tidak perlu ada yang ia khawatirkan.
- Kenalkan pasangan dengan teman-teman kamu.
Doronglah pasangan untuk bersikap terbuka dan cobalah pahami ia tanpa menghakimi.
Hal ini bisa memudahkan kamu membantu pasangan mengatasi sikap overprotektifnya.
Orang tua pun juga perlu menjaga komunikasi terbuka dengan anak, berapapun umur anak. Bicarakan apa yang menjadi kekhawatiran ibu dan tanyakan juga apa perasaan dan harapan anak terhadap orangtua.
Berikut tips lainnya untuk orang tua overprotektif:
- Coba berdiskusi dengan orang tua lainnya atau komunitas dengan gaya pola asuh yang baik. Mintalah saran dari mereka dan kamu juga bisa bertukar cerita dengan mereka.
- Cobalah untuk lebih santai dengan diri sendiri dan dengan anak. Kamu bisa membiarkan anak bermain dengan bebas di taman dan biarkan konsekuensi terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"