KONTEKS.CO.ID – Kampoeng Gallery, 8 Februari 2024. Macet, hawa panas ibu kota, dan deru roda kereta api berpadu jadi satu di area Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tak jauh dari situ, tepatnya seberang timur stasiun, ada oase teduh berupa lorong nan memikat mata.
Lorong itu tampak lebih spesial ketimbang deretan pedagang barang unik lainnya di kawasan itu. Namanya Kampoeng Gallery. Aroma barang bekas menguar, sesekali kilau pantulan cahaya dari barang antik mengiringi tatkala berjalan menapaki lorong tersebut.
Dari depan lorong, hanya butuh beberapa langkah untuk bisa sampai ke area Kampoeng Gallery. Tampak ramai muda-mudi berpakaian skena duduk dan bercengkrama di deretan meja dan kursi yang tersedia.
Arjun dan Daffa, dua pemuda yang berbincang dengan Konteks, mengaku kerap menghabiskan waktu mereka dengan bercengkrama di pojok favorit mereka di tempat itu. Daya tariknya jelas, yaitu barang antik koleksi Kampoeng Gallery yang telah berdiri sejak akhir 2010 silam.
Bagi mereka bedua, Kampoeng Gallery merupakan tempat yang asyik untuk nongkrong. Mulai dari suasana ramai yang terbangun hingga harga makanan yang terjangkau untuk kantong mereka.
“Terus ini kan konsepnya klasik klasik gitu ya, jadi nagih aja buat balik lagi,” sahut Arjuan dan Daffa saling menimpali. Favorit mereka berdua adalah tumpukan kaset dan buku lawas khas 90an.
Kampoeng Gallery, Berawal dari Cinta Barang Antik
Tante Pinta, perempuan asal Medan ini mengaku menjalankan usaha bersama suaminya, Om Ivan. Ia bercerita, alasan membangun dan membawa suasana vintage di Kampoeng Gallery adalah rasa cinta sang suami terhadap barang barang antik.
Dari rasa cinta, Tante Pinta dan suaminya melihat ada peluang bisnis di sektor ini.
Kebetulan, halaman depan rumah pasangan ini cukup luas namun tidak terpakai. Kebetulannya lagi, barang koleksi vintage milik suaminya menumpuk di rumah. Dari situ tercdetus ide membangun Kampoeng Gallery.
Tidak berlama-lama, keduanya langsung menyulap tanah yang semula kosong menjadi tempat berjualan barang lawas sekaligus untuk nongkrong.
Tante Pinta pun menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Cukup dengan membawa uang Rp6 ribu sampai Rp20ribu, pengunjung sudah bisa menikmati beberapa minuman segar ataupun cemilan nikmat di Kampoeng Gallery.
“Tempat ini buka mulai dari pukul 11 siang sampai pukul 11 malam. Namun apabila kondisi sedang ramai Kampoeng Gallery bisa tutup jam 12,” sebut Tante Pinta.
Perempuan setengah baya ini bertutur, awalnya sebagian besar barang koleksi Kampoeng Gallery merupakan milik suaminya.
Seiring perkembangan bisnis jual beli barang antik di Kampoeng Gallery, kini tak jarang Tante Pinta dan Om Ivan menerima barang antik dari kolektor lain yang menjual ke mereka. Tak jarang juga Om Ivan berburu barang antik di tempat lain.
Dari Buku Hingga Pasfoto
Barang antik yang ada di Kampoeng Gallery sangat beragam, mulai dari buku, kaset pita, piringan hitam, lukisan, hingga lampu antik. Ada pula cermin lawas, berbagai topeng, radio jadul, jam dinding, papan dart, sampai bendera negara lain. Lucunya, ada pula deretan pasfoto lawas beragam orang.
Salah seorang pegawai Kampoeng Gallery mengaku tidak semua barang vintage terjual setiap hari. Namun Tante Pinta menceritakan bahwa yang paling mahal terjual adalah lukisan seharga Rp5 juta.
“Di luar itu ada juga yang lebih berharga, tentunya yang kita suka. Cuma ya karena cocok juga sama nuansa tempatnya dan emang koleksi karena kita suka. jadi ada beberapa yang berharga tetap kita simpan, nggak kita jual,” ujar Tante Pinta.
Pelanggan Jadi Karyawan
Sebagaimana layaknya sebuah bisnis baru, Kampoeng Gallery pada awalnya tidak lepas dari masalah. Masalahnya bukan pada ketersediaan dan koleksi barang vintage, melainkan kurangnya tenaga kerja.
Namun kini Kampoeng Gallery sudah mampu mengatasi masalah tersebut. Toko buruan para pemburu nostalgi ini mempekerjakan sembilan orang pegawai dengan pembagian jobdesk yang fleksibel.
Kia, perempuan yang bekerja di Kampoeng Gallery membagikan kisah uniknya. Ia mengaku baru bekerja sejak Desember 2023.
Tetapi sebelumnya Kia merupakan pelanggan setia Kampoeng Gallery. Istilahnya, dari pelangagn jadi pekerja di Kampoeng Gallery. Ia merasa nyaman bekerja karena sistem pembagian jobdesk yang fleksibel.
“Full gue di sini Bang, dari buka sampe tutup. Cuma di sini tuh kerjanya tergantung juga, kayak kalau lagi ada yang sibuk di satu hal, gue cover di kerjaan lainnya. Gitu juga sebaliknya. Entar juga kalau dapur atau yang lainnya udah ada yang handle semua, gue ada waktu kosongnya untuk istirahat. Atau kalau mau balik (pulang) juga bisa tuh jam 8 balik gitu,” cerocos Kia.
Kampoeng Gallery Berdayakan Anak Muda
Kendati bisnis mereka punya trademark barang antik, Kampoeng Gallery tidak lupa untuk memberdayakan minat anak muda.
Setiap senin di minggu pertama atau kedua, mereka menampilkan berbagai pertunjukan seni bagi anak muda, mulai dari pentas musik, teater, hingga puisi. “Semoga semuanya bisa berjalan terus dengan lancar,” harap Tante Pinta.
Siang yang panas perlahan berubah menjadi sore dengan hembusan angin sepoi. Tante Pinta terlihat tengah menikmati angin sembari duduk di depan dapur. Sesekali ia mengurus suplai barang yang datang.
Perempuan 48 tahun itu merasa senang dan puas dengan perkembangan bisnis sekaligus hobinya saat ini. Namun ia tidak menutup kemungkinan adanya ide ide perubahan di masa mendatang.
“Ya, semoga jalannya Kampoeng Gallery lancar lancar aja,” tutupnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"