KONTEKS.CO.ID – Fabel merupakan cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia. Biasanya binatang yang memerankan karakter tersebut.
Apa Itu Fabel
Tak sekedar cerita, fabel sarat pendidikan moral dan nilai budi pekerti yang bisa menjadi pedoman dalam hidup.
Inilah deretan cerita fabel anak yang cocok untuk diceritakan kepada si buah hati. Simak juga pesan moral yang terkandung dari setiap ceritanya.
1. Cerita Gajah yang Baik Hati
Kancil yang sedang berpetualang tiba-tiba terperangkap dalam lobang di tanah. Tindakkan Kancil masuk kedalam itu merupakan tindakan yang sangat ceroboh.
Ia tidak berpikir bagaimana caranya ia naik ke atas bila sudah berada di dalam kolam tersebut. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.
“Tolong … Toloooonggggg!’’
Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang gajah yang kebetulan sedang berjalan melewati tempat itu. “Hai, siapa yang ada di kolam itu?“
“Aku … tolong aku!” jawab si Kancil.
“Siapa kau?’’ tanya Gajah.
“Aku … si Kancil sahabatmu.’’
“Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak meminta tolong,’’ tanya Gajah kembali.
Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.
“Tolong aku mengangkat ikan ini.’’
“Yang benar kau mendapat ikan?’’
“Benar … benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar,’’ kata Kancil.
“Tapi bagaimana caranya aku turun kebawah,’’ ucap Gajah kepada Kancil.
“Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah. Sebab jika tidak cepat-cepat ikan ini bisa lepas!’’ kata si Kancil.
Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah, tetapi bagaimana jika naiknya nanti.
“Cil, mana ikan yang kau dapatkan?’’
“Ada di sepasang kakiku,’’ kata Kancil.
“Kalau aku menolongmu. Lalu bagaimana caranya aku naik dari kolam ini?’’
Kini Kancil terdiam. Ia tidak menyangka gajah dapat berpikir sejauh itu. Tidak seperti dirinya, karena kehausan langsung terjun kedalam kolam. Tanpa berpikir akibatbya.
“Kau mau memanfaatkanku ya Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu sendiri?’’ Tanya Gajah.
Kancil hanya terdiam.
“Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu.
“Waduh.. Pak Gajah. Aku mohon tolonggggg….!’’
Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan.
“Toolongg.. tolongggg.’’
Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.
“Aduh gawat! Aku benar-benar akan mati kaku di tempat in,’’ Kancil mulai membayangkan akhir hidupnya ditempat ini.
Kancil Berteriak
Lalu Kancil berteriak dengan keras:
“Wahai langit dan bumi! Dan seluruh binatang yang berasa di hutan. Aku bersumpah tidak akan menipu untuk kepentinganku dan keselamatanku sendiri, kecuali……“
Ketika Kancil mengucapkan kata kecuali, Kancil sengaja mengecilkan suaranya sehingga hampir tidak terdengar lagi. Tak di sangka ternyata Gajah tiba-tiba muncul di tepi kolam.
Ternyata Gajah tidak benar-benar meninggalkan Kancil sendirian dan sengaja menyembunyikan dirinya. Ia penasaran mendengar ucapan kancil yang terakhir.
“Kecuali apa?’’ tanya Gajah penasaran.
Kancil terkejut mendengar suara Gajah.
“Pak Gajah? Kau kembali lagi?”
“Jawab pertanyaanku Cil. Kecuali apa?’’
“Hmm. Kecuali terpaksa untuk menyelamatkan diri. Karena aku hewan kecil yang serimg terancam oleh Harimau, Singa, Srigala, dan binatang lainnya yang jahat.’’
“Oh begitu..?’’ sahut Pak Gajah.
“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan perbuatan yang merugikan binatang lain?’’
“Benar Pak Gajah’’
“Betul?“
“Betul Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’
“Baiklah sekarang aku akan menolonhmu Cil.’’ Kata Gajah.
Gajah menjulurkan belalainya yang sangat panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai di atas Kancil berkata.
“Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.’’
Sejak itu Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatang-binatang yang lainya.
Dari cerita fabel “Gajah Yang Baik Hati” tersebut Parents bisa menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya kepada anak. Ajarkan anak untuk tidak membalas perbuatan baik orang lain dengan kejahatan.
2. Kisah Kera dan Ayam
“Kukuruyuuukkkkkk….” suara ayam memecah keheningan pagi. Kera menguap lebar, “Hoammhmmm… saatnya untuk mencari makan,” katanya dalam hati. Ia keluar dari rumah untuk mencari makan.
“Selamat pagi Kera, jangan lupa pesananku,” sapa Ayam.
“Jangan khawatir, jagung muda, kan? Tenang saja, nanti pasti akan kubawakan,” jawab kera.
Kera dan Ayam sudah lama bersahabat. Mereka saling membantu. Ayam membangunkan Kera setiap pagi, sedangkan kera memberikan makanan kesukaan sahabatnya itu, yaitu jagung muda.
Akan tetapi, suatu hari persahabatan itu hancur berantakan karena Kera berniat buruk pada Ayam. Ceritanya seperti ini.
Kera dan Ayam Jalan-Jalan
Suatu hari, Kera dan Ayam berencana untuk berjalan-jalan ke hutan. Mereka mendapat informasi kalau di hutan itu terdapat banyak pohon buah-buahan yang lezat.
Mereka memulai perjalanan sejak pagi, tapi tak sebatang pohon buah pun yang mereka temui. Yang ada hanyalah pohon-pohon yang tinggi dan berdaun lebat.
“Mungkin kita harus berjalan Iebih jauh lagi,” kata Kera.
Ayam hanya mengangguk setuju. Semakin lama suasana hutan semakin gelap, sinar Matahari tak mampu menembus rimbunnya pepohonan.
Ayam mulai ketakutan, “Kera, kita tersesat? Bagaimana kalau kita pulang saja?” katanya.
Kera juga kebingungan, “Mana jalan keluarnya. Mungkin ke arah sana,” sahut si Kera.
Mereka sibuk mencari jalan keluar, tapi semakin lama mereka berjalan semakin jauh mereka masuk kedalam hutan.
Mereka sudah sangat lelah dan lapar. Ayam berusaha mematuk-matuk cacing dari dalam tanah.
“Hmm, dia enak saja bisa makan cacing. Perutku lapar sekali, apa yang bisa kumakan ya?” pikir Kera sambil memandang berkeliling.
Saat melamun terbersit niat jahat dalam hati si Kera. “Mengapa repot-repot? Bukankah ayam yang gemuk adalah santapan yang lezat?”
Kera lupa, Ayam adalah sahabatnya sendiri. Kera tega berniat jahat pada si Ayam. Tiba-tiba kera menerkam Ayam saat ia asyik mematuk-matuk tanah.
“Aduh… kau ini kenapa?” teriak Ayam meronta-ronta.
Kera mendekapnya sambil mencabuti bulu-bulunya.
Ayam langsung sadar, “Kera, kau mau memakanku ya?” teriaknya. Dengan sekuat tenaga, Ayam mencoba melepaskan diri. Kemudian ia lari sekencang-kencangnya keluar dari hutan.
Untunglah Ayam berhasil menemukan jalan keluar dari hutan itu. Ia berlari hingga tiba di rumah Kepiting, sahabatnya yang lain. Ia menggedor-gedor pintu rumah Kepiting. Napasnya masih terengah-engah ketika Kepiting membuka pintu.
“Ada apa Ayam? Kenapa kau lari seperti di kejar setan? Dan mengapa bulu-bulumu rontok?” tanya kepiting beruntun.
“Ke… Ke… Kera… ia hendak mencelakaiku. Tadi kami sedang berjaian- jalan ke hutan, lalu kami tersesat. Tiba-tiba saja ia menerkam dan mencabuti bulu-buluku. Ia ingin memakanku! Keterlaluan sekali, bukankah aku ini sahabatnya?” cerita Ayam pada Kepiting.
Kepiting benar-benar geram mendengar cerita Ayam, ia tak rela sahabatnya diperlakukan seperti itu.
“Kita tak bisa begitu saja membiarkan kejahatannya. Jika kali ini kau berhasil lolos, belum tentu kau bisa lolos lagi di lain waktu. Kita harus mencari cara untuk mencegahnya,” kata Kepiting.
Ayam dan Kera
Beberapa hari kemudian, Ayam pergi menemui Kera. Kera menyambut Ayam seperti biasa, seolah-olah peristiwa yang lalu tidak pernah terjadi.
“Hai Ayam, sudah lama kita tidak berjalan-jalan ya?” katanya riang.
“Justru itu, aku kemari untuk mengajakmu berjalan-jalan ke pulau seberang. Aku dengar, pulau itu memiliki buah-buahan yang lezat. Rencananya Kepiting juga akan kuajak,” jawab Ayam.
“Wah, sepertinya menarik. Ayo kita segera berangkat,” sahut Kera bersemangat.
Mereka bertiga naik ke perahu tanah liat yang sudah dipersiapkan oleh Kepiting dan Ayam. Perahu berlayar meninggalkan daratan.
Kera sudah membayangkan nikmatnya buah-buahan di pulau itu. Sementara Kera melamun, Ayam dan Kepiting berbalas pantun.
Ayam berkokok, “Aku lubangi kok…,” dan Kepiting menjawab, “Tunggu sampai dalam sekali.”
Setelah Kepiting menjawab, Ayam mematuk-matuk dasar perahu. Mereka berdua melakukannya terus menerus, perlahan-lahan perahu itu bocor.
Air mulai masuk, tak berapa lama perahu itu pun tenggelam. Si Kepiting meloncat dan langsung menyelam ke dasar laut, sedangkan Ayam terbang kembali ke daratan.
Tinggal si Kera sendirian, ia berteriak-teriak minta tolong, tetapi tak ada yang mau menolongnya. Akhirnya Kera tenggelam karena ia tak bisa berenang.
Pesan moral untuk anak dari cerita fabel “Kisah Kera dan Ayam” adalah kita harus menyayangi sahabat yang kita punya. Kita tidak boleh menghancurkan persahabatan hanya karena sifat mementingkan diri sendiri.
2. Cerita Tupai yang Sombong
Di hutan, Tupai adalah binatang yang sangat terkenal karena kesombongannya. Ia selalu memamerkan ketangkasannya pada saat meloncat. Setiap ia bertemu dengan binatang lainnya, ia selalu mengejek mereka.
“Hei kalian, aku sungguh sangat kasihan melihat kalian berjalan-jalan dalam cuaca seperti ini,’’ ujar Tupai tertawa.
Pada suatu hari, Kura-kura dan Kancil sedang asik bermain menangkap bola. Karena Kancil sangat bersemangat, bola yang ia lemparkan tersangkut hingga dedaunan pohon tepat di samping mereka. Namun, mereka berdua kebingungan bagaimana mengambil bola tersebut.
“Hahaha, kasihan sekali kalian!’’ ujar Tupai
Tiba-tiba Tupai keluar dari balik pohon dan meloncat dengan sangat gembira di antara satu pohon ke pohon yang lainnya. Ia pun mengambil bola yang tersangkut pada dedaunan tersebut.
“Tupai, cepat lemparkan bola kami,’’ seru Kura-kura.
“Hahaha, tidak! Makannya, kalian jangan menjadi binatang yang hanya bisa berjalan dan belajarlah untuk naik ke atas pohon dan melompat ke sana kemari sepertiku!’’ ujar Tupai dengan sombong.
Tupai, Kancil, dan Kura-Kura
Kancil dan Kura-kura hanya menatap Tupai yang sedang meloncat kesana kemari. Tupai melemparkan bola tersebut ke arah pohon yang berada di depannya.
Sehingga, bola tersebut memantul kembali ke arahnya. Selain itu, Tupai pun dapat menangkapnya kembali. Berulang-ulang kali ia melakukan hal yang sama beberapa kali pada bola tersebut.
“Sudahlah Kura-kura, sebaiknya kita berdua pulang saja. Biarkan dia bermain dan bersenang- senang sendirian dengan bola tersebut,’’ ujar Kancil.
Akhirnya, Kura-kura pun setuju dengan ajakkan Kancil.
“Baiklah Tupai, sepertnya kau menyukai bola kami. Sekarang kau boleh memilikinya. Kami akan pulang, kami sudah lelah bermain sepanjang hari,’’ seru Kancil.
Sementara Tupai terkejut mendengar teriakkan Kancil dan kehilangan konsentrasinya hilang. Sehingga ia tergelincir batang pohon sampai terjatuh, sangat disayangkan ia terjatuh ke dalam kubangan lumpur sisa hujan semalam.
“Byyyyur!’’
Akhirnya, Tupai terjatuh kedalam kubangan dan bola yang di pegangnya di ambil oleh Kura-kura dan Kancil. Sementara, Kura-kura dan Kancil tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa melihat tubuh Tupai di penuhi dengan lumpur.
“Hahaa, kasihan sekali kau Tupai. Kami tertawa karena melihat tingkahmu. Kau terlalu menyombongkan diri karena memiliki kemampuan meloncat tapi sekarang, kau jatuh juga,” Ujar Kancil menertawakan.
“Itulah Cil akibatnya untuk orang yang selalu menyombongkan dirinya. Tupai pasti akan malu karena sudah mengalami kejadian ini,’’ tambah Kura-kura.
Mendengar ejekkan dari Kancil dan Kura-kura, Tupai merasa sangat kesal. Namun, apa yang mereka katakan memang benar. Ia pun berjanji tidak akan bertingkah sombong lagi.
Akhirnya, Tupai kembali pulang kerumah dengan menahan rasa malunya. Ia tidak lagi menyombongkan dirinya. Bahkan, ia malu untuk keluar dari rumahnya. Ia menyadari bahwa, kesombongannya tersebut sudah merugikan dirinya sendiri dan membuat ia tidak di senangi binatang-binatang lainnya.
Pesan moral yang bisa Parents ajarkan kepada anak dari cerita fabel “Tupai yang Sombong”, yaitu jangan pernah menyombongkan dan berbangga diri dengan apapun kelebihan yang kita miliki.
Sebab, setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan yang menyertainya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"