KONTEKS.CO.ID – Kita hidup di society dengan barang-barang yang sekali pakai dan seakan-akan kita terpisah dari sampah kita.
Marketing dan pasar pun mendorong bahwa manusia perlu terus-menerus membutuhkan banyak barang untuk menjadi bahagia. Tanpa kita sadari sampah sampah semakin menumpuk dan meluap.
Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan memakismalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali.
Zero waste atau bebas sampah, menjadi salah satu cara yang diterapkan masyarakat modern di tengah gempuran gaya hidup konsumtif.
Berbicara gaya hidup zero waste, seorang aktivis lingkungan bernama Siska Nirmala Puspita Sari kerap membagikan pengalamannya dalam menerapkan gaya hidup tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Gaya hidup zero waste telah ia terapkan sejak 2012, dalam proses menjalaninya, banyak tantangan yang dihadapi Siska. Terlebih kini dirinya hidup di tengah gaya hidup masyarakat yang konsumtif dan abai akan sampah.
Namun, di balik itu semua, gaya hidup zero waste memiliki berbagai macam manfaat, sebagai berikut:
Minim Sampah
Gaya hidup zero waste membuat kita menghindari pengolahan sampah yang diproduksi dalam kehidupan sehari-hari. Karena tidak semua sampah plastik dapat di daur ulang, maka kita tidak akan berfokus mengurusi sampah yang sudah dihasilkan.
Seperti contoh, sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga berupa plastik sekali pakai tidak bisa diterima oleh tempat daur ulang yang digagas pemerintah seperti bank sampah.
Sampah yang menumpuk tersebut hanya bisa ditampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), lalu di sana tidak menjadi apa-apa, malah menjadi bencana seperti insiden TPA Leuwigajah yang meledak pada 2005.
Penumpukan sampah itu akan menjadi persoalan di akhir, yang tidak bisa kita rasakan langsung, karena yang merasakan masalahnya langsung ialah bumi atau lingkungan.
Kemudian, salah satu cara meminimalisir sampah rumah tangga menurut Siska bisa dilakukan dengan metode kompos. Mengompos sampah, mampu menyelesaikan 50 persen persoalan sampah di perkotaan.
Menurut Siska, jika kita menerapkan zero waste, itu sudah menyelesaikan 50 persen persoalan sampah organik. Setengah dari sisanya adalah sampah plastik kering yang tidak bisa didaur ulang.
Hasil kompos tersebut bisa digunakan untuk membantu menyuburkan tanaman pribadi yang ada di rumah.
Mengubah Pola Hidup dan Pola Makan
Dalam menerapkan zero waste, akan berpengaruh terhadap pola makan, seperti yang dialami Siska. Karena sulit untuk menghindari pemakaian plastik saat memesan makanan secara online, akhirnya Siska memilih untuk memesan makanan yang dekat dengan rumah, supaya bisa membawa tempat makan sendiri.
Upaya itu bisa kita terapkan juga sekaligus membantu pedagang yang berjualan di sekitar rumah, serta memaksa kita untuk rajin bergerak.
Kemudian, zero waste juga menjadikan kita lebih banyak mengonsumsi makanan organik, seperti sayuran dan buah-buahan.
Siska menuturkan dirinya pernah dengan sengaja mengumpulkan sampah organik selama satu bulan. Hasilnya setiap dua hari sekali, ia menghasilkan sampah sebanyak setengah kilogram. Jika ditotalkan selama satu bulan, maka sudah ada 15 kilogram sampah organik yang ia hasilkan.
Dari segi pola hidup, manfaat dari zero waste menurut Siska yakni perilaku hidup hemat. Ia mengungkapkan telah menerapkan prinsip buy nothing sejak 2015. Maksudnya ialah tidak membeli barang apa pun selain makanan, terutama barang-barang yang sifatnya baru.
Di tengah gempuran belanja serba online, Siska akhirnya memutuskan untuk melakukan hal itu, karena sulit untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Contohnya, penggunaan bubble wrap yang masif dilakukan pemilik online shop atau ekspedisi pengiriman.
Salah satu akibat dari perilaku konsumtif dalam belanja online tidak hanya plastik saja, tetapi produk barang juga bisa menjadi sampah, contohnya sampah fashion.
Sampah fashion yang dimaksud adalah pakaian yang sudah tidak terpakai. Sampah tersebut menjadi persoalan baru bagi masyarakat karena kerap kali bingung untuk membuangnya.
Akhirnya ketika ada bencana alam, kesempatan itu dijadikan ajang untuk membuang pakaiannya yang tidak terpakai.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"