KONTEKS.CO.ID – Tari Mayang Rontek dibahas dalam artikel ini. Kabupaten Mojokerto, Jatim, memiliki nilai-nilai sejarah yang tidak jauh dari sentuhan perabadan Kerajaan Majapahit.
Ini dikarenakan Mojokerto pernah menjadi pusat kota Kerajaan Majapahit pada abad 12 yang bercorak Hindu.
Budaya kerajaan Majapahit turut menghiasi dan mewarnai kehidupan masyarakat Mojokerto hingga saat ini. Salah satunya yaitu pengantin Mojoputri yang mengilhami terciptanya sebuah tarian.
Prosesi pengantin Mojoputri memiliki keunikan tersendiri dari proses seserahan hingga tata rias yang tidak pernah ditinggalkan dalam setiap gelaran upacara perkawinan.
Pengantin Mojoputri sendiri merupakan prosesi adat pernikahan (manten) yang terdapat dalam masyarakat Mojokerto.
Pada 1996, tarian resmi dijadikan sebagai tarian khas dari Kabupaten Mojokerto. Dikutip dari jurnal penelitian “Makna Simbolis Tari Mayang Rontek di Kabupaten Mojokerto” (Windi dan Sri, 2019), gagasannya berasal dari Machmoed Zain, Bupati Mojokerto tahun 1990.
Setelah melakukan prosesi bedhol manten Mojoputri, dia memberikan saran kepada seorang seniman yang bernama Setu untuk menciptakan tarian setelah prosesi bedhol manten.
Sejarah Tari Mayang Rontek
Kehadiran tarian yakni sebagai pelengkap prosesi adat. Hingga tahun 1993 terciptalah tarian tersebut dari hasil merevitalisasi bedhol manten Mojoputri.
Nama Tari Mayang Rontek berasal dari ubohrampe (segala perlengkapan pengantin). Kata Mayang berasal dari sekar mayang artinya tongkol bunga atau kembang. Sementara rontek berarti hiasan rumbai-rumbai yang berada di atas tombak.
Dengan demikian tari ini adalah sebuah kembang mayang yang merumbai-rumbai berbentuk bunga yang digunakan sebagai bunga persembahan dalam pernikahan.
Adapun pemilihan kostum mendapat pengaruh dari Islam yang kuat bagi masyarakat Mojokerto. Kostum yang digunakan penarinya terbilang sederhana seperti seorang pengantin, yaitu menggunakan kebaya lengan panjang, jarik, sabuk, selendang, penutup gelung, sampur, dan wolo.
Sementara penari Mayang Rontek umumnya dilakukan oleh remaja putri. Hal ini berkaitan dengan penggambaran sosok pengantin dalam prosesi manten Mojoputri.
Tarian tersebut dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dalam pemilihan lagu, gamelan Jawa Timur terpilih sebagai iringan.
Sedangkan gendhing yang dimainkan yaitu Jula-Juli, Giro Jaten, Srepek Suroboyo, dan Terbangan.
Gerak Tari Mayang Rontek dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti, dan penutup. Gerakan pembuka Tari Mayang Rontek memiliki makna doa dan harapan.
Gerakan inti memiliki arti perjalanan dalam setiap kehidupan, sedangkan bagian penutup menjadi jalan keluar untuk setiap penyelesaian. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"