KONTEKS.CO.ID – Manusia diciptakan berpasang-pasangan, antara pria dan wanita yang erat kaitannya dengan sistem reproduksi dan kelangsungan hidup.
Namun, sejak tahun 1500-an dunia mengenal hubungan sesama jenis atau sering disebut sebagai homoseksual hingga muncul istilah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
Homoseksual atau gay bukanlah suatu penyakit yang harus disembuhkan. Namun, orientasi seksual ini dianggap tabu bagi sebagian orang, khususnya di beberapa negara termasuk Indonesia.
Akibatnya, tak sedikit yang menganggap hal ini sebagai penyakit yang harus disembuhkan.
Bisakah gangguan orientasi seksual ini disembuhkan?
Hingga saat ini terapi gangguan orientasi seksual menyimpang, khususnya pada kaum homoseksual atau LGBT, masih membuahkan hasil yang berbeda-beda.
Sekitar 50 tahun lalu, terdapat laporan bahwa gay dapat disembuhkan asalkan ada kemauan.
Seorang profesor dan psikiater (dokter ahli kejiwaan) dari Universitas Pennsylvania melakukan psikoterapi selama 4-8 tahun pada kaum gay.
Hasilnya, pasien mulai meninggalkan kelakuan dan pakaian yang feminin. Mereka juga mulai berkencan dengan wanita dan menikah.
Sebuah buku Homosexuality in Persprective juga menyatakan dapat menyembuhkan gangguan orientasi seksual ini.
Studi selama 14 tahun terhadap 67 orang homoseksual, baik pria maupun wanita, yang merasa tidak nyaman akan kelainan ini menunjukkan keberhasilan sebanyak 70 persen.
Namun, ada juga pendapat berbeda yang menyatakan bahwa orientasi seksual yang menyimpang tidak dapat diubah.
Satu-satunya yang dapat diperbaiki adalah rasa ketidaknyamanan penderita mengenai kelainan seksual yang dialaminya sehingga mereka dapat menerima dirinya sendiri.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"