KONTEKS.CO.ID – Diffuse axonal injury kini menjadi istilah yang ramai setelah viral kasus penganiayaan oleh Mario Dandy Satriyo terhadap David.
Akibat luka tendangan dan injakan yang terima David, ia mengalami diffuse axonal injury.
Healthline menulis, diffuse axonal injury atau DAI ini merupakan sebuah cedera pada otak yang tidak menyebabkan perdarahan tetapi merusak sel-sel otak.
Pada DAI ini terdapat sebuah robekan pada serabut saraf penghubung panjang otak (akson) yang terjadi ketika otak cedera, ketika otak bergeser dan berputar di dalam tulang tengkorak.
DAI ini juga umumnya akan menyebabkan koma dan juga cedera pada berbagai bagian otak. Adanya perubahan di otak ini seringkali mikroskopis dan mungkin tidak terlihat pada pemindaian computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI).
Anggapan bahwa DAI adalah dedera parah karena kondisi ini dapat memengaruhi beberapa bagian otak yang berbeda dan dapat mengancam jiwa.
Secara umum, diffuse axonal injury atau DAI ini bisa disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi.
Pasien DAI ini umumnya akan mengalami gangguan kesadaran hingga koma dan hilangnya kesadaran ini bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu atau beberapa bulan, tergantung pada tingkat keparahannya.
Gejala DAI
Jadi, gejala umum terjadi DAI ini adalah kehilangan kesadaran yang akan berlangsung selama enam jam atau lebih.
Apabila pasien mengalami DAI ringan, maka pasien mungkin masih bisa sadar, hanya saja ia akan menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada otak lainnya.
Secara umum, gejala dari DAI ini sangat bervariasi dan tergantung di area otak mana yang rusak. Inilah gejala-gejala umumnya, yaitu:
- Kebingungan atau disorientasi.
- Muntah atau mual.
- Sakit kepala.
- Kesulitan tidur.
- Pusing atau kehilangan keseimbangan.
- Tidur lebih lama.
Orang dengan DAI yang lebih parah ini akan mengalami kehilangan kesadaran hingga dysautonomia, yaitu menggambarkan saat sistem saraf otonom ini tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Gejala tersebut termasuk pernapasan dangkal yang cepat, detak jantung istirahat yang cepat, hipertermia hingga keringat yang berlebih.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"