KONTEKS.CO.ID – Padusan adalah ritual tradisional khas Jawa yang sangat populer, terutama menjelang bulan Ramadhan. Ritual ini memiliki filosofi untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa, dan raga dalam menyambut datangnya bulan suci.
Menurut Romo Tirun, filosofi padusan adalah membersihkan diri agar pelaksanaan ritual benar-benar sesuai dengan ajaran agama, dengan berpakaian sopan dan tidak bercampur antara lawan jenis.
Ritual padusan sudah ada sejak zaman Hamengkubuwono I dan semakin populer seiring berjalannya waktu. Dulunya, masyarakat melakukan tradisi ini di sumber mata air dan kolam-kolam masjid secara terpisah antara pria dan wanita.
Namun sekarang, banyak yang melakukan padusan di rumah, tempat pemandian umum namun yang lebih sering di tempat wisata terutama di wilayah Jogja dan Jawa Tengah.
Tujuan dari adanya ritual ini adalah agar pelakunya bisa melaksanakan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin saat Ramadan tiba.
Selain itu, padusan juga memiliki makna dan filosofi yang sangat dalam, yaitu sebagai bentuk media renungan dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan di masa lalu.
Menurut filosofinya, anjuran melakukan ritual ini baiknya di tempat yang sepi. Hal ini karena di tempat sepi seseorang akan lebih bisa memunculkan kesadaran untuk menjadi pribadi lebih baik daripada sebelumnya.
Terutama dalam kondisi hening, maka akan hadir keyakinan dan kesadaran untuk memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan lebih baik.
Menurut Romo Tirun, poin penting dari padusan adalah niat dalam hati untuk membersihkan diri. Oleh karena itu, ritual padusan tetap bisa seorang lakukan di manapun, termasuk di rumah, asalkan dengan cara yang benar dan sesuai adab keislaman.
Namun, tetap saja esensi dari ritual padusan sebagai upaya untuk menyucikan diri, termasuk jiwa dan raga, tetap dipertahankan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"