KONTEKS.CO.ID – Fenomena flexing atau pamer sedang menjadi sorotan di media sosial karena terkait dengan kegiatan memamerkan barang mewah.
Secara umum, orang yang melakukan flexing di media sosial ini hanyalah ingin mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar.
Pamer atau flexing adalah salah satu tindakan yang hingga saat ini masih sering dilakukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain, walaupun itu tidak selalu disengaja.
Ada banyak alasan mengapa seseorang senang memamerkan kekayaannya, tetapi salah satu penyebabnya mungkin karena kurangnya rasa percaya diri yang memerlukan validasi dari orang lain.
Dikutip dari Verywell Mind, pamer atau flexing ini merupakan sebuah tindakan perilaku alamiah yang dilakukan oleh manusia.
Di sisi lain, Psychology Today menyatakan bahwa pamer menjadi wajar ketika ditujukan untuk meningkatkan perasaan efikasi diri, mempersiapkan diri untuk kesuksesan di masa depan, dan menghindari depresi.
Dikutip langsung dari laman Independent, ternyata fenomena flexing ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental kita.
Ingin tahu lebih lanjut? Yuk, simak dampak-dampaknya berikut ini!
- Menimbulkan stres dan cemas
Dengan memamerkan kekayaan atau pencapaian di media sosial, kamu akan merasa dituntut untuk memberitahu orang lain tentang hal tersebut.
Hal ini bisa memicu stres dan cemas, karena kamu merasa harus selalu tampil sempurna di depan orang lain demi mendapatkan ketenaran di dunia sosial.
Rasa cemas pun muncul ketika ada komentar yang kurang menyenangkan dari orang lain.
- Memicu depresi
Tidak hanya menyebabkan ketidakbahagiaan, media sosial juga bisa memicu depresi jika digunakan dengan tidak bijak.
Fenomena flexing hingga saat ini semakin marak di media sosial hingga menjadi sorotan. Maka, tidak heran jika muncul perbandingan diri dengan orang lain tak terhindarkan.
Selain itu, jika aksi flexing tidak sesuai dengan harapanmu, maka kamu bisa merasa kecewa dan bahkan mengalami depresi.
- Menjatuhkan orang lain
Ada beberapa orang yang melakukan flexing dengan motif untuk menjatuhkan orang lain. Saat berhasil melakukan hal tersebut, mereka merasa senang dan puas.
Namun, respons senang dan puas tersebut bisa berbahaya jika dilakukan dengan perbuatan buruk.
Selain itu, kamu akan merasa harus lebih dari orang lain dan menjadikan standar keberhasilan orang lain sebagai patokan.
- Mencari validasi dari orang lain
Media sosial bisa berbahaya jika digunakan untuk mencari validasi dari orang lain dengan cara flexing.
Hal ini mengharuskan kamu memamerkan kelebihan dalam hidupmu demi mendapatkan perhatian dari orang lain.
Sehingga, kamu akan merasa perlu untuk diakui oleh orang lain terkait apapun yang kamu miliki dalam hidupmu.
Tetapi, saat aksi flexing yang kamu laikukan ini nantinya tidak sesuai dengan harapanmu, maka bukan tidak mungkin kamu bisa merasa stres, tidak bahagia hingga menjadi depresi.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"