KONTEKS.CO.ID – Dalam sejarah Islam terdapat kisah Nabi Khidir as dan perjalanannya menemukan Ainul Hayat, sebuah mata air kehidupan dan keabadian. Konon katanya menurut beberapa ahli tafsir air kehidupan ini dapat memperpanjang usia manusia.
Namun, hingga saat ini, keberadaan Ainul Hayat masih menjadi misteri. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti letak persisnya kecuali Nabi Khidir sendiri.
Kisah tentang Ainul Hayat ini berkaitan dengan Raja Iskandar Zulkarnain, seorang raja agung yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Suatu ketika, Zulkarnain berjalan di atas bumi menuju tepi belahan bumi yang lain, bersama dengan utusan Allah untuk mendampinginya yaitu Malaikat Rafa’il.
Ketika di tengah perjalanan, Malaikat Rafa’il memberitahukan Raja bahwa Allah telah menciptakan sumber mata air di bumi bernama Ainul Hayat. Barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia tidak akan mati hingga hari kiamat datang, atau ia sendiri memohon agar Allah yang mematikan.
Zulkarnain penasaran dan bertanya kepada Malaikat Rafa’il tentang lokasi mata air abadi itu. Malaikat Rafa’il menjawab bahwa Ainul Hayat berada di bumi yang gelap.
Zulkarnain kemudian mengumpulkan para alim dan bertanya kepada mereka dengan mempertanyakan hal yang sama. Salah satu orang alim yang ia tanyai adalah Nabi Khidir, namun jawabannya pun sama.
Nabi Khidir menjadi salah satu teman perjalanan Zulkarnain dalam ekspedisinya mencari Ainul Hayat. Mereka menempuh perjalanan jauh untuk selama 12 tahun hingga menjumpai tempat keluarnya matahari tepat pada arah kiblat.
Saat sampai di tepi bumi yang gelap itu, mereka masuk ke tempat tersebut dan berjalan hingga mendapatkan wahyu dari Allah. Setelah mendapat wahyu tersebut, Nabi Khidir mulai berjalan dalam gelap menuju ke sebelah kanan jurang dan berhasil menemukan Ainul Hayat. Ia meminum airnya dan mandi.
Setelah meminum air dan mandi di Ainul Hayat, Nabi Khidir menyadari bahwa Zulkarnain tidak pernah tahu kejadian tersebut.
Nabi Khidir melihat sang Raja berkeliling selama 40 hari di tempat yang gelap gulita itu tanpa berhasil menemukan yang ia cari.
Kisah perjalanan ini tercatat dalam beberapa kitab tafsir, seperti Badai’ Az-Zuhur dan Al-Futuhat Al-Ilahiyah. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT memberikan keajaiban dan mukjizat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"