KONTEKS.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, indeks sinar ultraviolet (UV) di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, ada di level 8-10.
Menurut BMKG, indeks sinar UV itu memiliki risiko bahaya sangat tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan pada kulit dan mata.
Terkait bahaya sinar UV itu, BMKG mengimbau setiap orang untuk mengindari paparan sinar matahari langsung.
“Diperlukan tindakan pencegahan ekstra karena kulit dan mata dapat rusak rusak dan terbakar dengan cepat,” tulis BMKG dalam keterangannya, dikutip Rabu 26 April 2023.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meminimalkan waktu di bawah paparan matahari antara pukul 10.00 pagi hingga pukul 16.00 sore.
“Tetap di tempat teduh pada saat matahari terik siang hari,” tulis BMKG.
BMKG juga meminta masyarakat untuk mengenakan pakaian pelindung matahari, topi lebar dan kaca mata hitam yang menghalangi sinar UV saat di luar ruangan.
Masyarakat juga diimbau untuk mengoleskan cairan pelembab tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam bahkan pada hari berawan, setelah berenang, atau berkeringat.
Hal senada disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Masyarakat diminta waspada utamanya ketika berada di luar ruangan.
“Memang cuaca panas beberapa hari ini dan ke depan sedang tidak biasa. Untuk itu mari kita ikuti tips agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika sedang atau sering berada di luar ruangan,” kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril.
Kemenkes menganjurkan masyarakat agar banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi di tengah cuaca panas.
Warga diimbau untuk menghindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis.
Disarankan pula untuk menghindari kontak dengan sinar matahari secara langsung.
Oleh karenanya, penting memakai tabir surya atau sunscreen minimal 30 SPF.
Berikut panduan dari Kemenkes untuk menghadapi cuaca panas:
– Cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak. Jangan menunggu haus;
– Hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis;
– Hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, gunakan topi atau payung;
– Memakai baju yang berbahan ringan dan longgar; Hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas;
– Sebisa mungkin berteduh di antara jam 11.00-15.00;
– Jangan meninggalkan siapapun di dalam kendaraan dalam kondisi parkir baik dengan jendela terbuka maupun tertutup;
– Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum ke luar rumah;
– Sediakan botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan.
Kemenkes juga meminta masyarakat waspada jika muncul gejala sebagai berikut:
– Keringat berlebih;
– Kulit terasa panas dan kering;
– Rasa berdebar atau jantung terasa berdetak lebih cepat; Kulit terlihat pucat;
– Kram pada kaki maupun abdomen;
– Mual, muntah, pusing;
– Urin yang sedikit dan berwarna kuning pekat.
Jika muncul gejala tersebut, dinginkan tubuh dengan kain basah atau spons basah pada pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya serta banyak minum air.
Jika masih bergejala, disarankan segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Sementara, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan ini tidak masuk dalam kategori gelombang panas.
Kata Dwikorita, hal tersebut merujuk kepada karakteristik fenomena maupun karakteristik pengamatan suhu.
“Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut,” ujar Dwikorita.
Menurut Dwikorita, secara karakteristik fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.
Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Sedangkan secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2 celcius melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu hanya terjadi satu hari tepatnya pada tanggal 17 April 2023.
“Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36 celcius di beberapa lokasi,” ujarnya.
“Variasi suhu maksimum 34 celcius-36 celcius untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” jelas Dwikorita.
“Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November,” pungkasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"