KONTEKS.CO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Depok tak akan melakukan penyemprotan jalanan untuk mengurangi polusi udara seperti Pemprov DKI Jakarta.
Wali Kota Depok Mohammad Idris menegaskan penyemprotan jalan tidak akan mengurangi polusi udara. Justru, kata dia hal itu akan membuat debu-debu bertebaran.
“Kalau penyemprotan itu, waktu masa Covid-19 evaluasinya tidak efektif, kurang efektif. Bahkan (penyemprotan) akan memunculkan debu yang bertebaran ke mana-mana,” kata Wali Kota Depok M Idris, dikutip Sabtu 26 Agustus 2023.
Menurut Idris, Pemkot Depok akan melakukan penanaman pohon di di titik yang mobilitas kendaraan bermotornya tinggi.
“Penanaman pohon lebih gencar khususnya di daerah-daerah yang transportasinya relatif lebih padat, lebih banyak,” ujarnya.
Di sisi lain, Idris menyatakan, kualitas udara di Kota Depok tergolong sedang, meski berdasarkan situs IQAir itu, kualitas udara di Kota Depok tergolong sangat tidak sehat.
Hal itu, kata dia, berdasar hasil alat ukur kualitas udara yang terinstal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Sesuai dengan alat yang sudah diberikan (KLHK), kami tidak (percaya) kepada LSM (IQ Air), organisasi survei segala macam. Kami berpatokan pada KLHK. Yang memberikan alat juga mereka,” kata Idris.
Penyemprotan Jalan di Jakarta
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta mengerahkan 20 unit mobil pemadam kebakaran untuk melakukan penyemprotan di sejumlah ruas jalan di Ibu Kota.
Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mengatakan penyemprotan untuk mengurangi polusi udara di DKI Jakarta.
“Terkait dengan penanganan polusi, Dinas Pemadam Kebakaran mulai kemarin sudah menurunkan 20 unit mobil pemadam untuk melakukan penyiraman,” kata Heru, Jumat 25 Agustus 2023.
Petugas melakukan penyiraman jalan di Jakarta dua kali dalam sehari, yakni pada pagi pukul 10.00 WIB dan siang pukul 14.00 WIB.
Pemprov DKI mengerahkan mobil pengangkut air milik dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Petugas melakukan penyiraman di sekitar Patung Kuda, Blok M. Kemudian, Cawang hingga Slipi setiap hari.
Penyemprotan Perparah Polusi Udara
Pengendalian polusi dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi di berbagai fasilitas umum ternyata berdampak buruk pada kesehatan.
Menurut epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Pandu Riono, penyemprotan air bertekanan tinggi tersebut memicu pembentukan aerolisasi.
Kata Pandu Riono, penyemprotan air bertekanan tinggi memperburuk partikel udara (PM 2,5).
“Kalau semprot dengan air bertekanan tinggi bisa terjadi aerolisasi, jadi partikular itu menguap dan bisa lebih dahsyat efeknya kalau terhirup masyarakat,” ungkap Pandu Riono, menukil Antara, Jumat 25 Agustus 2023.
Pandu menjelaskan, polusi udara mengandung partikel kecil yakni PM 2,5 atau yang lebih kecil lagi partikulat berukuran 10 mikron (PM10), serta polusi dari hasil pembakaran energi sulfur oksigen (SO2).
Kata dia, pengaruh cemaran udara pada aspek kesehatan tidak hanya bersarang di paru-paru, tapi juga memicu efek alergi, mudah sakit, mengganggu sistem kerja jantung dan susunan organ lain, karena menyebar ke semua sistem tubuh.
Kata Pandu, dampaknya akan berlangsung dalam jangka pendek hingga panjang.
“Tekanan tinggi air bisa memecah partikel polusi jadi lebih halus dan masuk ke dalam pernapasan lebih mudah lagi tanpa kita sadari,” ujarnya.
“Aerolisasi itu seperti menyemprot ketiak kita dengan antibau badan, itu aerolisasi tingkat tinggi,” imbuhnya.
Kata Pandu, partikulat yang terbelah menjadi ukuran lebih kecil cenderung lebih mudah mengambang dan terbang hingga ke dalam rumah penduduk.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"