KONTEKS.CO.ID – Sebanyak 10 wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diperingatkan karena berpotensi mengalami tanah longsor atau tanah bergerak. Potensi kuat terjadi karena curah hujan tinggi masih akan melanda wilayah Jakarta.
Menurut informasi BPBD DKI Jakarta, potensi terjadinya gerakan tanah diketahui setelah ada hasil tumpang susun (overlay) pada zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan cuaca bulanan dari BMKG.
“Menurut informasi dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), beberapa daerah di Provinsi DKI Jakarta berada di Zona Menengah,” tulis laman Instagram @bpbddkijakarta dikutip, Senin 5 Desember 2022.
Dari pendataan, wilayah yang mengalami potensi tanah bergerak di Jakarta Selatan adalah Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu dan Pesanggrahan.
Sementara di Jakarta Timur, acaman terdata di wilayah Kramajati dan Pasar Rebo.
Bila curah hujan di atas normal, pergerakan tanah akan sangat mungkin terjadi. Terutama di zona menengah yang ada di Jaksel dan Jaktim. Wilayah zona merah berada di daerah yang berbatasan langsung dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan.
Curah hujan tinggi akan membuat lereng mengalami gangguan. Dan dalam kondisi itu Sementara pada Zona Tinggi, gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali/sungai. Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan (34 kejadian) dan Jakarta Timur (21 kejadian). Adapun untuk detail wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah (6 kejadian) dan Ciganjur (4 kejadian). Klik tautan berikut untuk informasi lebih lanjut.
Lurah dan Camat Diminta Antisipasi
Pergerakan tanah yang mengancam sejumlah wilayah Jakarta juga harus diantisipasi oleh camat maupun lurah di wilayah lain. Meski tidak masuk wilayah zona merah menengah dan tinggi, tetapi daerah wilayah tetap harus mengantisipasi hal ini karena curah hujan akan tetap tinggi hingga pergantian tahun.
Terkait hal ini, PJ Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono berharap ancaman yang dikeluarkan oleh BPBD DKI Jakarta itu tidak terjadi. Meski akan selalu melihat kondisi dan informasi dari BMKG, tapi dia menyatakan kalau dampak di Jakarta akan kecil dan semoga itu tidak terjadi.
“Dengan kondisi dan cuaca alam tidak bersahabat selalu melihat infomasi dari BMKG maupun informasi cuaca lainnya. Di Jakarta kecil dampaknya, dan mudah-mudahan tidak terjadi,” katanya.
Peringatan Dini Potensi Gerakan Tanah sebenarnya telah dikeluarkan juga oleh BPBD DKI Jakarta pada awal bulan November 2022 lalu. Bahkan peringatan dini potensi pergerakan tanah di Jakarta dikeluarkan setiap bulannya, bahkan sejak Maret 2022. Potensi terjadinya gerakan tanah juga mengancam wilayah yang sama. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Dari catatan rekap kejadian bencana di Jakarta pada September 2022, ada 19 kejadian banjir, 23 kejadian pohon tumbang, dua kejadian luar biasa dan ada dua kejadian tanah longsor. Kejadian kebakaran ada sebanyak 64 kasus dan kejadian angin kencang mencapai 4 kasus.
Kenali Tanda dan Antisipasi Tanah Longsor
Gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor, merupakan peristiwa perpindahan bahan pembentuk lereng (berupa tanah, batuan, bahan timbunan atau campuran diantaranya) yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor bisa terjadi karena berbagai macam pemicu seperti curah hujan, gempa bumi, erosi hingga aktivitas manusia.
Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri tanah longsor yang ada di sekitarnya, seperti adanya lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar, adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, adanya rembesan air pada lereng, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.
Perlu diketahui, BPBD DKI telah berkoordinasi dengan PVMBG mengenai fenomena ini. BPBD DKI pun mendorong agar dapat dilakukan pemetaan dengan skala yang lebih besar/lebih detail pada skala 1:25.000 bahkan 1:10.000, karena saat ini PVMBG baru merilis peta peringatan dini potensi gerakan tanah pada skala 1:50.000.
Selain itu, BPBD DKI juga mendorong agar para stakeholders terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masyarakat.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"