KONTEKS.CO.ID – Ada temuan menarik hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) terkait toleransi beragama di kalangan pelajar SMA.
Survei Setara Institute dan INFID yang dilakukan terhadap 947 responden dari kalangan pelajar SMA ini mencatat 83,3 persen siswa menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti.
“Dukungan terhadap persepsi bahwa Pancasila sebagai bukan ideologi yang permanen, artinya bisa diganti, juga sangat besar yakni 83,3 persen responden,” kata Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan di Jakarta, dikutip Kamis 18 Mei 2023.
Temuan lain dari survei Setara Institute dan INFID sebanyak 56,3 persen responden terbuka terkait syariat Islam sebagai landasan bernegara. Lalu sebanyak 61,1 persen responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa lebih nyaman jika semua siswi di sekolah menggunakan jilbab.
“Sedangkan 38,9 persen lainnya menyatakan tidak setuju,” ujarnya.
Secara umum, kata Halili, dari hasil survei ini ditemukan bahwa tingkat toleransi siswa terbilang tinggi.
Sebanyak 99,3 persen responden dapat menerima perbedaan keyakinan. Kemudian 99,6 persen dapat menerima perbedaan etnis.
Selanjutnya 98,5 persen responden juga empati terhadap kelompok yang berbeda agama/keyakinan. Dukungan pada kesetaraan gender 93,8 persen dalam kepemimpinan OSIS adalah tren yang sangat positif di kalangan pelajar.
“Dengan kata lain, peragaan intoleransi di sejumlah sekolah sesungguhnya tidak memperoleh dukungan signifikan dari para siswa di area penelitian ini,” ujarnya.
Namun Halili menyebut jika diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih ideologis, kecenderungan toleransi semakin menurun.
Seperti saat ditanyakan, pertanyaan apakah akan menahan diri melakukan kekerasan dalam merespons penghinaan terhadap agama yang dianut, sebanyak 20,2 persen responden menyatakan tidak bisa menahan diri.
Setara dan INFID merekomendasikan agar Kemdikbudristek dan Kemenag merespons masih tingginya kategori siswa yang intoleran aktif dan terpapar radikalisme.
“Dan membentuk instrumen pengawasan, pembinaan, dan desain respons yang demokratik atas fakta intoleransi yang melekat pada guru, tenaga kependidikan, dan siswa,” katanya.
Survei dilakukan terhadap 947 dengan margin of error 3,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penelitian diselenggarakan pada Januari-Maret 2023. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"