KONTEKS.CO.ID – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menjawab pertanyaan anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Nurul Arifin, terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina yang sempat menimbulkan polemik.
“Ada dua hal prinsip yang dibahas Pak Presiden (Jokowi) di dua negara tersebut, baik dengan Presiden Zelenksy dan Presiden Putin,” kata Retno saat rapat Kerja di Komisi I DPR RI, Jakarta, Kamis (01/9/2022).
Retno menjelaskan hal pertama yang disampaikan baik pada Presiden Rusia maupun Ukraina adalah terkait perdamaian kedua negara yang sedang berperang.
“Ini adalah salah satu alasan utama kenapa Bapak Presiden kunjungi kedua negara yang sedang berkonflik tersebut. Dan sekali lagi kenapa masalah perdamaian ditonjolkan pak presiden ini adalah dalam konteks koridor pelaksanaan amanah konstitusi kita ikut menjaga perdamaian dunia,” katanya.
Hal kedua yang disampaikan Presiden Jokowi pada presiden Rusia maupun Ukraina terkait masalah pangan. Karena konflik Rusia dan Ukraina akan berdampak pada krisis pangan dunia.
“Kita tahu bahwa apa yang terjadi di Ukraina menyebabkan dunia mengalami tidak saja krisis pangan, tapi kalau toh barangnya ada, maka harganya sangat naik, karena itu Bapak Presiden katakan bahwa ‘saya tidak reinvent the will, tidak mulai dari awal sekali’ , karena Bapak Presiden adalah bagian juga menjadi salah satu anggota dari global crisis response group yang dibentuk Sekjen PBB,” katanya.
Menteri Retno menambahkan misi mengenai pangan ini ada mengintegrasikan eksport greens dari Ukraina, dan eksport gandum serta pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global.
“Agar masalah pangan ini dapat tertangani, Presiden sampaikan di G7 bahwa situasi perang seperti ini yang paling terdampak adalah negara berkembang. Dan presiden di G7 sampaikan bahwa kalau isu pupuk tidak bisa diselesaikan maka yang akan terjadi adalah dampak krisisnya bukan di gandum, sekarang kan gandum, tetapi kemungkinan next adalah ke beras,” jelasnya.
Dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Ukraina, Jokowi juga memaparkan data-data ancaman krisis akibat perang kedua negara.
“Data yang dipakai Bapak Presiden adalah data dari laporan kedua global crisis response grup dari Sekjen PBB dimana Pak Presiden jadi anggotanya,” katanya.
Selain itu Menteri Retno menjelaskan upaya diplomasi tidak bisa selesai hanya dalam satu kali pertemuan. Perlu dilakukan tinjak lanjut usai pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia serta Ukraina.
“Kunjungan ini adalah pembuka jalan di balik itu banyak sekali hal hal yang memang kita lakukan. Sehingga kepentingan dunia agar perang dapat segera selesai dan dampak dari perang ini dapat juga diatasi terutama adalah kepentingan negara negara berkembang. Kalau diizinkan Ukraina Rusia saya ingin stop di situ,” katanya. (E Permadi)
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"