KONTEKS.CO.ID – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap empat blunder yang menyebabkan tergerusnya elektabilitas bakal capres Ganjar Pranowo.
Direktur Citra Publik LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas mengatakan alasan kenapa disebut sebagai langkah blunder Ganjar Pranowo.
“Dalam riset ini, blunder diistilahkan untuk tindakan yang mengurangi tingkat elektabilitas capres,” kata Hanggoro, Selasa 1 Agustus 2023.
Apa saja blunder yang dilakukan Ganjar Pranowo?
Pertama, wawancara Ganjar soal nonton video porno.
Wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang menyatakan apa salahnya menonton video porno selaku orang dewasa, segera menyebar dan viral kembali menjelang pemilu presiden 2024. see
“Publik yang menyatakan kurang wajar/tidak wajar sama sekali terhadap capres yang suka menonton video porno mencapai 86.1%,” kata Hanggoro.
Ketidaksukaan publik terhadap video porno, selain karena alasan agama, bisa juga disebabkan karena banyak berita ahli yang menyatakan menonton video porno merusak kesehatan.
Ganjar menyatakan pernyataannya soal video porno itu dipenggal. Tapi banyak media memberitakan berbeda. Contohnya adalah pemberitaan di tempo.co pada tanggal 4 Desember 2019.
Di artikel berita tersebut, bahkan menjadi judul, “Ganjar Pranowo : Kalau Saya Nonton Film Porno, Salahnya di Mana?” Publik terlanjur mempercayai pernyataannya Ganjar yang menyatakan ia suka menonton film porno.
Soal Ganjar mengaku menonton video porno bahkan kini dijadikan sayembara nasional. Wanita Perisai sebagai pemrakarsa sayembara nasional ini menyatakan bahwa isu menonton pornografi jangan dianggap sepele.
Ganjar perlu lebih hati-hati soal komentarnya di publik soal menonton video porno. Isu ini terus digulirkan di publik melalui sayembara nasional yang digerakkan kaum perempuan Wanita Perisai.
“Ini dapat menggerus dukungannya terutama di segmen pemilih perempuan dan penganut agama Islam yang taat,” kata Hanggoro.
Kedua, label petugas partai.
Megawati menyebut presiden (capres Ganjar) adalah petugas partai. Megawati berulang-ulang mengatakannya ke publik. Dulu ia katakan itu untuk Presiden Jokowi. Kini ia katakan untuk Capres Ganjar.
Di satu sisi, istilah petugas partai itu separuh benar. Capres memang tokoh yang ditugaskan oleh partai.
“Publik tidak suka dengan istilah Presiden petugas partai. Publik yang tidak setuju Presiden disebut petugas partai mencapai 69.9%,” kata Hanggoro.
Ketiga, batalnya piala dunia FIFA U-20
Ganjar dipersepsikan ikut membuat batal Piala Dunia FIFA U-20. Ganjar menjadi tokoh paling tinggi yang disalahkan atas batalnya piala dunia U-20.
“Sebesar 16.6% menyalahkan Ganjar,” kata Hanggoro.
Keempat, Ganjar dianggap cawe-cawe tegur PJ Gubernur DKI
Komentar yang muncul dalam analisa kualitatif misalnya, Ganjar dianggap berlagak seperti Presiden ketika ia menelepon PJ Gubernur Jakarta menyampaikan keluhan pedagang Pasar Warakas Tanjung Priok.
“Mayoritas publik menganggap Ganjar, sebagai sesama Gubernur, tak seharusnya menyampaikan keluhan ke PJ Gubernur Jakarta. Sebanyak 74.7% menganggap Ganjar tak pantas menyampaikan keluhan itu. Hal ini karena “cawe-cawe” Ganjar terhadap PJ Gubernur Jakarta tersebut terpublikasi,” terang dia. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"