KONTEKS.CO.ID – Bursa Calon Ketua Umum Partai Golkar terus menggelinding. Muncul nama-nama beken dan fenomenal seperti Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Abbas Hady, Wakil Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan, mengatakan, bursa ini memberikan angin segar buat Partai Golkar. Sebab, muncul tokoh muda, energik, dan berprestasi seperti Bahlil Lahadalia.
Abbas mengatakan, bila Golkar dipimpin oleh mantan aktvis muda sekaliber Bahlil akan menjadi daya tarik kuat atau magnet besar bagi pemilih generasi Z.
“Generasi Z berusia 17-39 tahun. Mereka ini mendominasi lapisan pemilih pada 2024 mendatang,” ujar Abbas.
Abbas mengatakan, Bahlil adalah simbolisasi pergerakan kepentingan Generasi Z di pemerintahan.
“Mereka ini, butuh lapangan kerja, kesempatan berbisnis, mandiri dan lebih adaptif terhadap peribahan,” ujar dia.
Kebutuhan ini kadang tidak dipahami oleh generasi Baby Boomers yang memimpin partai, apalagi partai setua Golkar.
Sebab itu, Bahlil yang menjadi Menteri di usia belia 43 tahun dengan latarbelakang pengusaha, aktivis, dan birokrat, sangat cocok memimpin Golkar di era baru ini.
“Dan itu dibutuhkan kaum milenial juga ketimbang menjebakkan diri pada hal-hal premordialistik, preferensi generasi Z lebih pada pertimbangan prospektif,” tegas Abbas.
Gelombang Politisi Muda
Abbas memberi contoh saat ini, gelombang munculnya politisi muda menjadi primadona pemilih di mana-mana. Contohnya Partai Move Forward (MFP) berhasil memenangkan suara terbanyak dalam perolehan sementara pemilu Thailand yang digelar Minggu (14/5) lalu.
MFP mengamankan 151 kursi parlemen, disusul Partai Pheu Thai dengan 141 kursi dan Partai Bhumjaithai dengan 70 kursi.
Pemimpin MFP Pita Limjaroenrat, tengah berkomunikasi dengan Partai Pheu Thai, Pracharat, Thai Sang Thai, dan Seri Ruam Thai untuk membentuk pemerintahan.
Pita merupakan pria berusia 42 tahun yang fotogenik, yang secara dinamis berada di jalur kampanye.
Dia memanfaatkan masa muda dan energinya untuk menjangkau para pemilih yang mendambakan perubahan setelah delapan tahun pemerintahan di bawah dukungan militer. Dia juga dikenal sebagai pemimpin oposisi muda Thailand. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"