KONTEKS.CO.ID —Â Sejarah Bendera Pusaka Merah Putih simbol kemerdekaan dan kebanggaan Indonesia, memiliki cerita panjang dan makna mendalam dalam perjalanan bangsa.
Di balik kemegahan bendera ini tersembunyi perjuangan, kegigihan, dan inisiatif dari para pahlawan kemerdekaan. Berikut ini sejarah singkat Bendera Pusaka Merah Putih.
Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, banyak hal yang harus diatur dengan cepat dan tanpa rencana yang matang.
Salah satunya adalah pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih, yang menjadi simbol kemegahan dan kedaulatan bangsa. Meskipun kondisi tidak menguntungkan, inisiatif dari istri Soekarno, Fatmawati, menjadi kunci terwujudnya momen bersejarah ini.
Dalam kondisi hamil besar, Fatmawati dengan tekun menyatukan kain merah dan putih dengan tangan terampilnya.
Hasil jerih payahnya adalah sebuah bendera berukuran 2 x 3 meter yang selesai dijahit tepat pada saat naskah Proklamasi dibacakan.
Dari momen itulah lahir istilah “Bendera Pusaka”, yang kemudian selalu berkibar di tiang bendera upacara setiap peringatan kemerdekaan 17 Agustus.
Bendera pusaka menjadi lebih dari sekadar selembar kain berwarna Merah dan Putih. Ia menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia, mengingatkan akan pengorbanan para pahlawan dan nilai-nilai luhur bangsa. Namun, pada tahun 1968, suara untuk tidak lagi mengibarkan Bendera Pusaka mulai bergulir.
Ide Sejarah Bendera Pusaka Pensiun di Museum
Menteri Luar Negeri Adam Malik pada tahun 1967 mengemukakan pandangannya bahwa pengibaran Bendera Pusaka tidak harus selalu terjadi pada setiap peringatan kemerdekaan.
Menurutnya, bendera ini sebaiknya tersimpan di museum agar nilai sejarahnya lebih terasa. Pendapat ini juga sejalan dengan praktik beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat dan Rusia. Mereka menyimpan bendera bersejarahnya di dalam museum.
Meskipun wacana untuk tidak mengibarkan Bendera Pusaka sempat muncul, nilai dan makna historisnya tetap terusmelekat dalam hati rakyat Indonesia.
Bendera Merah Putih tetap menjadi lambang kemerdekaan yang tak akan luntur, mengingatkan kita akan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan serta arti penting kemerdekaan bagi bangsa dan negara.
Merujuk situs Kemendikbudristek, setelah Presiden Soekarno tergantikan oleh Soeharto pada 1967, Bendera Pusaka masih tetap dikibarkan saat HUT RI. Bendera buatan tangan Ibu Negara Fatmawati terakhir berkibar pada 17 Agustus 1968.
Bendera Pusaka yang rapuh termakan usia tergantikan dengan duplikatnya. Kini, bersamaan dengan warnanya yang memudar, Bendera Pusaka tersimpan dalam vitrin dari flexi glass berbentuk trapesium di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.
Posisi bendera tergulung, di mana bagian atas bendera terlapisi kertas bebas asam dengan suhu ruangan 22,7 derajat Celcius dan kelembapan 62%. Bagian luarnya terlapisi semacam kertas singkong berkualitas tinggi dengan pita merah putih mengikatnya. ***
***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"