KONTEKS.CO.ID — Sejarah LRT Jabodebek. Tanggal 9 September 2015 menjadi momentum bersejarahnya dengan peletakan batu pertama proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek oleh Presiden Joko Widodo.
Acara ini berlangsung dekat rencana lokasi Stasiun TMII. Proyek fase I ini targetnya selesai pada tahun 2018, menjelang perhelatan Asian Games 2018.
Sejarah LRT Jabodebek: Proyek Ambisius dengan Dana Jepang
Dalam sejarah LRT Jabodebek, pembangunannya merupakan kolaborasi antara pemerintah pusat, Pemprov DKI Jakarta, dan dukungan dana pinjaman dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Total proyek ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar 2-3 tahun hingga rampung. Namun Purnomo, pejabat proyek ini, menekankan bahwa fokus masih tertuju pada pembangunan tahap 1 LRT Jabodebek yang progresnya telah mencapai 96%. Rencananya, perpanjangan rute ke Bogor akan terealisasi sebelum tahun 2024.
PT Kereta Api Indonesia Jadi Pengelola
LRT Jabodebek, sesuai namanya, akan melayani lintas rel terintegrasi yang menghubungkan daerah-daerah di sekitar Ibu Kota. Seperti Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Seusai UU Perkeretapian, pengoperasian LRT ini dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia.
Jumlah Rangkaian Kereta dan Produsen
Untuk memenuhi kebutuhan transportasi modern ini, LRT Jabodebek menggunakan rangkaian kereta hasil produksi PT Industri Kereta Api (INKA).
Kontrak pembuatan rangkaian kereta ini ditandatangani pada 18 Januari 2018. Sebanyak 31 rangkaian dengan 6 kereta di setiap rangkaian terpesan untuk LRT Jabodebek, sehingga total ada 186 unit kereta yang akan beroperasi.
Rute Menyeluruh dan Panjang
LRT Jabodebek terdiri dari tiga lintas pelayanan utama: Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi Timur. Total panjang tahap satu proyek ini adalah 42,1 kilometer.
Pembangunan sarana dan prasarana LRT Jabodebek melibatkan pembangunan tiga jalur lintasan LRT, stasiun-stasiun, dan depo yang terletak di Bekasi Timur.
Total Pendanaan yang Besar
Mengingat skala proyek yang besar, total pendanaan yang terbutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana LRT Jabodebek mencapai Rp23 triliun. Pendanaan ini berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjaman perbankan.
Sejauh ini, penggunaan hampir Rp1 triliun untuk pembangunan 17 stasiun LRT dan depo dengan dukungan dari empat bank pelat merah. Yaitu, Bank Mandiri, BNI, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, dan Bank Pembangunan Daerah Papua.
Proyek LRT Jabodebek adalah tonggak penting dalam memajukan sektor transportasi di wilayah Jabodetabek. Dengan progres yang cukup signifikan dan upaya yang berkelanjutan, Harapannya LRT Jabodebek akan memberikan alternatif transportasi yang modern, efisien, dan terjangkau bagi warga Jabodetabek. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"