KONTEKS.CO.ID – Sejarah Museum Gajah atau Museum Nasional yang Sabtu 16 September 2023 malam mengalami kebakaran sudah termulai sejak zaman penjajahn Belanda.
Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 20.00 WIB tersebut hingga berita ini tertulis masih belum bisa petugas Gulkarmat DKI Jakarta padamkan.
Untuk menyelamatkan sejarah Museum Gajah, Gulkarmat DKI Jakarta sudah mengerahkan 13 mobil pemadam kebakaran (damkar) dan 52 personel.
Cikal Bakal Sejarah Museum Gajah
Museum ini terintis sejak akhir abad ke-18. Saat itu di Benua Eropa tengah berlangsung revolusi intelektual (the age of enlightenment), yakni pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan mulai berkembang.
Kemudian pada 1752 di Harlem, perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen berdiri. Perkumpulan itu mendorong Pemerintah Belanda di Batavia membangun organisasi sejenis berlabel Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG).
Organisasi itu resmi hadir pada 24 April 1778. Lembaga bersifat independen dengan tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.
Selain itu, BG ikut menerbitkan hasil-hasil penelitian. Organisasi memiliki semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum.
Melansir laman Museum Gajah, yakni www.museumnasional.or.id, salah seorang pendiri lembaga BG, yakni JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar. Pada masa itu ini adalah kawasan perdagangan penting di Batavia.
Ia juga menyumbangkan koleksi pribadinya berupa benda-benda budaya dan buku-buku. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal-bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Literary Society di Era Penjajahan Inggris
Pada masa Pemerintahan Inggris di Jawa yakni 1811-1816, Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society. Dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”.
Alasan pembangunan gedung baru ini tak lain karena rumah di Jalan Kalibesar sudah penuh dengan berbagai koleksi. Bangunan berlokasi di Jalan Majapahit No 3.
Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.
Asal Nama Museum Gajah dan Gedung Arca
Jumlah koleksi milik BG terus meningkat sampai pada akhirnya museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya.
Tahun 1862, Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan pembangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yakni Jalan Medan Merdeka Barat No 12 -dulu tersebut Koningsplein West.
Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya terbangun Gedung Rechst Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum”.
Gedung juga pernah terpakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan.
Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah.
Sebab, di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Lembaga Kebudayaan Indonesia dan Nama Museum Nasional
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen terubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Perubahan ini tersesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya. Yakni, “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia, maka pada 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.
Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"