KONTEKS.CO.ID – Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo angkat bicara terkait konflik yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Menurut penilaian Ganjar Pranowo, pemerintah harus segera mengatasi kasus yang terjadi di Pulau Rempang.
Ganjar Pranowo menyebut, pemerintah dan aparatur negara perlu bergerak cepat agar kasus yang terjadi di Pulau Rempang segera selesai.
“Sekarang juga, pemerintah harus segera turun tangan jangan lama-lama. Apalagi aparatur mesti bisa menyelesaikan itu dengan sangat cepat,” kata Ganjar di Jakarta Theater, Minggu 17 September 2023.
Kata Ganjar, pemerintan bisa memanggil pengelola dan kepala daerah di Pulau Rempang agar bisa konflik dengan masyarakat selesai dengan cepat.
“Beberapa aktornya saya kira bisa dipanggil. Di sana ada kepala daerahnya, ada pengelolanya dan saya kira lebih cepat,” ujarnya.
Menurut Ganjar, pemerintah perlu mendengarkan masyarakat di Pulau Rempang dengan memanggil pihak terkait.
“Jangan terlalu lama, termasuk representasi dari masyarakat karena mereka mesti kita dengarkan juga,” kata dia.
BP Batam Paksakan Relokasi
Konflik dengan masyarakat ini berawal ketika BP Batam akan melakukan merelokasi terhadap penduduk Rempang, yang jumlahnya mencapai 7.500 jiwa.
Rencana relokasi ini untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang.
Diketahui bahwa di Pulau Rempang akan dibangun kawasan industri, jasa, dan pariwisata. Proyek yang digarap PT Makmur Elok Graha (MEG) itu ditargetkan bisa menarik investasi hingga Rp381 triliun pada 2080.
Warga yang menolak relokasi adalah masyarakat di 16 titik kampung tua atau permukiman orang Melayu.
Lokasi tersebut telah menjadi tempat tinggal warga asli di pulau itu sejak 1834.
Bentrok Warga dan Aparat
Bentrokan warga dan petugas gabungan yang mengawal proses pengukuran tanah untuk pengembangan kawasan industri oleh BP Batam, terjadi pada Kamis, 7 September 2023.
Rusuh terjadi karena warga menolak rencana relokasi 16 titik permukiman warga di kampung Tue yang berada di Pulau Rempang, sebagai kawasan investasi terpadu.
Upaya penghadangan Warga Rempang mendapat teror dengan serangan gas air mata, tembakan peluru karet, hingga menganiayaan.
Bukan hanya orang dewasa, upaya penanganan aparat juga membuat ibu dan anak-anak menjadi korban akibat tembakan gas air mata.
Akibat serangan gas air mata ini, kabarnya satu anak balita pingsan akibat sesak nafas.
Penanganan oleh aparat membuat sekolah harus tutup dan siswa pulang lebih awal karena gas air masuk ke sekolah.
Puluhan pelajar menjadi korban gas air mata, sebagian menderita hingga tidak sadarkan diri.
Sebagian besar siswa juga mengalami sesak napas dan ketakutan.
Sebuah video menampilkan seorang pria berusia sekitar 60 tahun babak belur dengan hidung pecah dan mengalirkan darah. Dia mengaku dianiaya petugas, hingga kepalanya menjadi sasaran pemukulan.
Kapolres Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto memastikan tidak ada koraban jiwa. Apalagi korban balita akibat gas air mata.
“Itu hoaks, berita soal balita meninggal dunia,” katanya.
Akibat adanya perlawanan dari warga, Kombes Nugroho Tri Nuryanto memberi perintah kepada petugas yang melakukan pengamanan untuk menangkap warga yang melakukan provokasi.
”Kalau ada warga yang melawan langsung tangkap!” teriak Nugroho Tri Nuryanto.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"