KONTEKS.CO.ID – Dalam diskusi yang digelar Strategi Institute dengan tema ’98 Menjawab Suksesi 2024, Bersatu Bukan Berserteru’, disampaikan sejumlah tanggapan apakah berseteru perlu terjadi, meski pada akhirnya harus bersatu untuk bangsa dan negara.
Sangap Subarkti dari Jaringan Nasional Aktivis 98 menyampaikan, bahwa keberadaan aktivis 98 masih sangat diperlukan untuk mengisi kekosongan ruang dalam politik.
Meski secara fakta, saat ini mulai muncul kembali perselisihan dengan nama kadrun dan kampret.
Karena itu, secara individu para aktivis 98 yang telah masuk dan tim sukses kandidat capres, harus mampu bertarung untuk menekan upaya perpecahan yang sengaja dilakukan dari dalam tim pemenangan dan sudah mulai terjadi.
“Mereka yang di dalam itu, berani nggak kita yang mendukung capres, dikonotasikan mendukung, tapi di dalamnya ada gerbong (perpecahan) itu, berani nggak kita bertarung dengan itu,” katanya.
Sementara itu, Prof Muradi yang juga aktivis 98 menyampaikan, dirinya merasa tidak pernah khawatir dengan perseteruan yang terjadi bila itu masih berkaitan dengan gagasan.
“Prinsip utama pemilu kontestasi, selama berjalan normal tidak masalah. Posisi pemilu hari ini jauh lebih dewasa, jangan khawatir, perbedaan tidak terlalu terlihat,” katanya.
Setelah ada aktivis 98 yang berada pada posisi strategis, yang lain harus ikut mendorong. Perlu dipertanyakan apakah proses kali ini adalah pertarungan terakhir bagi aktivis 98.
Sementara Ignatius Indro, aktivis 98 yang juga Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia menyampaikan, perseteruan bisa terjadi dan itu harus dianggap seperti rivalitas pendukung sepak bola.
“Jangan sampai bertarung ke ranah hukum dan dibawa ke hati. Jangan dijawab dengan kekerasan. Kita mengambil sikap, jangan sampai orang-orang yang memang memiliki pemikiran seperti Soeharto, yang dulu kita lawan ini menjadi pimpinan, sesederhana itu,” katanya.
Diskusi ini dipandu oleh Antonius Danar, aktivis 98 yang juga CEO Strategi Media Network.
“Kami ingin melihat kembali kebersamaan aktivis 98 yang telah sukses mengkonsolidasi dan menjatuhkan rezim otoriter orde baru, di era reformasi ternyata aktivis tidak diberi privilegekhusus. Nah saatnya kita merebut kembali dan memperjuangan cita-cita bangsa sesuai Pembukaan UUD 1945,” kata Antonius Danar.
Kegiatan ini dukung secara khusus oleh konteks.co.id dan strategi.id sebagai media berjejaring dari Strategi Media Network dan Promedia Teknologi Indonesia, sebagai pionir ekosistem media digital di Indonesia yang terintegrasi, saling terhubung, serta memiliki jangkauan terluas dengan 900 lebih member.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"