KONTEKS.CO.ID – Nama pasangan Prabowo dan Gibran sedang menggelinding di tengah-tengah masyarakat menjelang pendaftaran capres-cawapres 2024.
Namun ada konsekuensi yang kemungkinan bangsa Indonesia hadapi jika pasangan ini terpilih. Hal itu disampaikan peneliti politik ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Made Supriatma, saat menjadi pembicara dalam program televisi nasional, baru-baru ini.
Dia meminta masyarakat berpikir lebih jauh untuk mendukung Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal cawapres Prabowo Subianto.
Jika nama pasangan Prabowo dan Gibran terpilih, lanjut dia, maka masyarakat harus siap menghadapi potensi risiko dan konsekuensinya.
Pertama, sebut Made, Prabowo adalah nama capres yang paling senior ketimbang tiga bakal calon lainnya. Sebab tanggal 17 Oktober 2023 nanti, ia genap berumur 72 tahun dan ini adalah usia yang rentan akan kesehatan.
Risiko kedua, Prabowo mempunyai riwayat penyakit stroke. Ia menilai dengan usia bertambah, maka risiko penderita stroke juga lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
“Kita tidak bisa menampik risikonya. Kalau terjadi apa-apa dengan Presiden lalu Gibran mengambil alih kekuasaan di usinya yang masih muda, maka pengalaman yang minim apakah itu tidak akan menimbulkan krisis di negara ini?” cetus Made. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"