KONTEKS.CO.ID – Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan berbicara soal pembangunan ekonomi.
Menurut Anies Baswedan, pembangunan ekonomi Indonesia saat ini hanya fokus pada pertumbuhan.
Anies Baswedan berpandangan, yang tak kalah penting ialah pemerataan.
Hal itu disampaikan Anies saat menghadiri acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional Tahun 2023 di Majelis Az Zikra, Sentul, Bogor pada Sabtu, 18 November 2023.
Dia mengatakan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat tanpa adanya ketimpangan.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kabudayaan itu kemudian membuka data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia.
Berdasarkan data IPM, pembangunan manusia di wilayah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua tertinggal 10 tahun dari Jawa dan Sumatera.
“Jedanya, selisihnya 10 tahun. Itu angka statistik, berapa lama untuk mencapai itu selisihnya 10 tahun, (untuk) membangun manusianya? Bukan membangun jalannya, bukan membangun sekedar barang-barang yang bisa difoto,” kata Anies.
“Pembangunan ujungnya membuat manusia yang berakhlakul karimah, membangun manusia yang bisa hidup mandiri, membangun manusia yang kompeten,” imbuhnya.
Menurut penilaian Anies, pembangunan harusnya tidak hanya fokus pada infrastruktur. Tapi juga pada manusianya sendiri.
Anies Janji Luruskan Paradigma Ketimpangan
Dengan data ketimpangan itu, Anies berjanji akan meluruskan paradigma pembangunan yang selama ini telah berjalan.
“Paradigma pembangunan ini pembangunan ekonomi fokusnya pada pertumbuhan. Menurut hemat kami, harus berubah menjadi pertumbuhan pemerataan dan keberlanjutan. Pemerataan harus menjadi perhatian,” ujarnya.
Anies menekankan, fokus utamanya jika terpilih menjadi Presiden bukan hanya membesarkan apa yang sudah ada.
Tapi, membagikannya secara merata ke semua pihak.
“Membesarkan kue itu baik, tapi membagikan kue untuk semua itu lebih baik lagi. Kadang-kadang, kita cuma berpikir bagaimana membuat kuenya lebih besar, betul kue besar itu penting, tapi membaginya bila kuenya lebih besar, tapi yang menikmati hanya sebagian, salah besar,” ujarnya.
“Jadi, jangan kita konsentrasi membesarkan kue, lupa membagi, dan ketika lupa membagi, siapa yang paling tertinggal? Yang paling tertinggal adalah kelompok yang di tengah dan di bawah,” pungkasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"