KONTEKS.CO.ID – Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Harkristuti Harkrisnowo mengaku adanya intimidasi terhadap civitas akademika UI.
Hal itu terkait sikap civitas akademika UI yang prihatin dengan kondisi hukum dan demokrasi di Indonesia saat ini.
Menurut Harkristuti, pihaknya menerima intimidasi melalui pesan WhatsApp (WA) dari seorang alumni.
Harkristuti menyebut, alumni tersebut tak sepakat UI ikut menyampaikan kritik seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII).
“Kami juga sudah agak diiintimidasi juga sebenarnya, untuk menjalankan agar pemilu kita ini berjalan dengan adil dan baik,” ujar Harkristuti kepada wartawan, Jumat 2 Februari 2024.
“Kami mendapat WA dari salah seorang mahasiswa kami yang mengatakan bahwa dia kecewa sekali, kenapa UI kok ikut-ikut UGM, ikut-ikut UII, lain-lain karena kita harusnya bisa pergi ke pejabat yang berwenang dan menyampaikan ide-ide,” sambungnya.
Harkristuti mengatakan, alumni UI yang melakukan intimidasi tersebut merupakan aparat berseragam.
Kata Harkristuti, pihaknya tak tahu institusi alumni tersebut. Namun, alumni tersebut lulusan dari fakultas hukum.
“Kebetulan dia itu dari angkatan. Tapi saya nggak tahu angkatan apa ya, tapi pakai seragam,” katanya.
“Walaupun dia tidak menyebut nama dan lain-lainnya, tapi dia berusaha agar kita tidak menjalankan apa yang kita lakukan pada hari ini,” lanjutnya,
Bahkan, lanjut Harkristuti, ada sejumlah orang juga menerima WhatsApp dengan isi yang sama.
Kepada orang tersebut, pihaknya menjelaskan sikap civitas akademika merupakan bagian dari kebebasan akademis.
“Kami nggak ngapa-ngapain. Kami mengatakan Anda waktu di kampus diajari yang namanya academic freedom, kebebasan akademik dan etika akademik. Dan itulah yang sedang kami laksanakan pada hari ini,” katanya.
Civitas Akademika UI Prihatin dengan Kondisi Hukum dan Demokrasi
Sebelumnya, Civitas Akademika Universitas Indonesia (UI) menyampaikan keprihatinan dengan kondisi hukum dan demokrasi di Indonesia.
“Kami, Civitas Akademika Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum, dan demokrasi,” kata Harkristuti Harkrisnowo di UI Depok, Jumat, 2 Februari 2024.
Harkristuti menyampaikan, hilangnya etika dalam bernegara dan bermasyarakat akan menimbulkan korupsi kolusi nepotisme (KKN).
“Terutama korupsi dan nepotisme telah menghancurkan kemanusiaan, dan merampas akses keadilan kelompok miskin terhadap hak pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan berbagai kelayakan hidup,” katanya.
Keserakahan yang dilakukan pemilik kekuasaan juga berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.
“Telah menyebabkan semakin punahnya sumber daya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut. Memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa kita,” katanya.
Kata Harkristuti, sumber daya yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat.
“Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang-orang, flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita,” tandasnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"